Hal itu disampaikan Putin dalam sebuah forum media si St. Petersburg, seperti dilansir NBC News, Jumat 25 April 2014.
Putin mengatakan internet sejauh ini masih berkembang sebagai proyek CIA. Untuk itu pemerintah Rusia, kata Putin, harus memperjuangkan kepentingan onlinenya, salah satunya Rusia ngotot untuk mengubah internet.
Komentar keras ini dilaporkan menyusul keluhan blogger Rusia kepada Putin. Blogger itu mengeluhkan situs asing dan situs pencari terbesar Rusia, Yandex, telah menyimpan informasi data di server luar negeri. Hal ini dianggap mengancam keamanan Rusia.
Menanggapi keluhan itu, ia menyesalkan tekanan yang telah diberikan kepada Yandex pada tahun-tahun awal kurang kuat. Putin juga mengkritik keputusan bisnis Yandex yang mendaftarkan perusahaan mereka di Belanda dengan alasan rendahnya pajak.
Meski komentar Putin tak begitu mengancam Yandex, tapi kritikan itu membuat saham Yandex di lantai Nasdaq merosot 5 persen.
Yandex juga mengklarifikasi kritikan Putin dengan mengatakan pendaftaran di Belanda semata-mata karena hukum perusahaan. Yandex membantah motif pendaftaran di Belanda untuk pajak, dan menegaskan bisnis inti perusahaan tetap berbasis di Rusia. Mesin pencari yang lebih populer dari Google di Rusia itu menjelaskan hampir semua pajak perusahaan dibayarkan di Rusia.
Belum lama ini, Negeri Beruang Merah itu memang tengah cemas atas pengaruh internet. Pasalnya aktivis oposisi telah mengembangkan ide dan mengorganisasikan protes kepada pemerintah melalui internet.
Sebagai respon kondisi itu, parlemen Rusia pekan ini telah mengeluarkan peraturan yang mewajibkan website media sosial menjaga server mereka di Rusia. Situs media sosial juga diwajibkan menyimpan semua informasi pengguna setidaknya enam bulan.
Putin juga telah menguasai VKontakte, jejaring sosial terpopuler Rusia dengan memecat pendirinya dan menempatkan kolega dekatnya untuk mengendalikan VKontakte. (adi|VivaNews)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar