Gagal dalam
usahanya sebagai pengendali tunggal terhadap Selat Malaka, Amerika
sepertinya tidak kehilangan akal. Sekarang mencoba taktik baru, secara
aktif mendorong Indonesia sebagai sekutu terdepan di Asia Tenggara.
Itulah sebabnya negara Paman Sam ini berusaha menjalin kerjasama dalam
bidang militer-strategis.
Tujuan akhir
yang hendak dicapai, apalagi kalau bukan untuk memperoleh akses bebas
terhadap sumberdaya alam Indonesia dengan membangun pangkalan militer di
wilayah NKRI, guna mengontrol selat Malaka. Selain itu, melalui taktik
ini, Amerika berharap sekaligus bisa mengendalikan dua negara Asia
Tenggara lainnya, yaitu Malaysia dan Thailand. Dan kalau taktis ini
berjalan lancar, praktis kedua negara ASEAN tersebut bisa diawasi oleh
Amerika melalui wilayah Indonesia.
Sisi strategis Indonesia di mata Gedung Putih
ada dua. Pertama, karena lokasi geostrategis Indonesia yang kaya akan
sumberdaya alam. Tapi yang jauh lebih penting, karena kewibawaan dan
pengaruhnya yang besar di kalangan negara-negara ASEAN. Sehingga Amerika
berusaha memanfaatkan kemampuan Indonesia di negara-negara anggota
Organisasi Konferensi Islam (OKI), agar bisa memberikan dampak atas
penyelesaian berbagai masalah krusial seperti situasi di Afghanistan,
Irak, program nuklir Iran, dan situasi krisis di Timur Tengah pada
umumnya.
Masuk akal jika Washington mendorong pemerintahan SBY agar meningkatkan intesiifikasi hubungan bilateral, melalui latihan militer bersama,
termasuk di wilayah Selat Malaka. Bahkan lebih daripada itu, Amerika
juga melakukan pelatihan para kader militer Indonesia di Amerika
Serikat, selain pelatihan bagi para staf muda birokrasi dari berbagai
kementerian dan media massa besar berskala nasional maupun daerah.
Targetnya, tentu saja agar mereka menjadi orang-orang yang pro Amerika.
Hasilnya
bahkan sudah mulai terlihat akhir-akhir ini. Kementerian Pertahanan
baru-baru ini lebih aktif membeli berbagai peralatan militer dari
Amerika. Bahkan pemerintah SBY sudah setuju Indonesia mengizinkan
Amerika meletakkan radarnya di wilayah Indonesia. Lebih celaka lagi, ada
banyak oknum-oknum angggota DPR yang pro kebijakan strategis Amerika di
Indonesia.
Sekadar
sebagai ilustrasi, beberapa produk perundang-undangan yang kemudian
menjadi UU produk DPR, ternyata di belakangnya mendapat dukungan dari
negara-negara asing. Menurut informasi dari seorang petinggi dalam
bidang intelijen strategis, UU BUMN ternyata tidak lepas dari peran
Price Water Copper. Sedangkan UU Migas merupakan hasil pengaruh dari
World Bank. Dan UU kelistrikan karena pengaruh dari Asian Development
Bank. Sampai tingkat tertentu, jika informasi ini otentik, pengaruh
Amerika praktis cukup besar meskipun tidak secara langsung, dan
dimainkan melalui forum multilateral. Inilah
sebuah gambaran nyata yang memperkuat kekhawatiran beberapa kalangan
bahwa pada akhirnya hal ini bisa merugikan kedaulatan NKRI. Tiga contoh
produk UU hasil pengaruh dari pemangku kepentingan(stakeholders)
internasional tersebut, membuktikan betapa mudahnya Indonesia berada
dalam usaha kontrol kebijakan Amerika baik dalam bidang politik dalam
negeri maupun luar negeri.
Kembali ke
soal dipasangnya radar Amerika di wilayah Selat Malaka, Februari lalu 5
unit radar dalam proses pemasangan di wilayah Selat Malaka. Bahkan pada
tahap berikutnya, 7 radar lagi siap dipasang di Selat Makasar. Bahkan
bantuan Amerika tidak sebatas dalam pengadaan peralatan. Di Riau
baru-baru ini, personil teknis Amerika terlihat membantu TNI dalam
memonitor radar. Kenyataan ini tentu saja harus di baca sebagai upaya
Amerika menanam jasa kepada para elit politik Indonesia, sehingga
Amerika secara persuasif melemahkan kendali TNI dan Polri terhadap
kedaulatan wilayah NKRI.
Karena
dengan pemasangan radar-radar Amerika di wilayah RI dan Selat Malaka
khususnya, Amerika tidak saja bisa mengontrol Indonesia, melainkan juga
seluruh wilayah Selat Malaka. Sehingga Amerika bisa memonitor Malaysia
melalui Indonesia. Bantuan Amerika di bidang kemiliteran nampaknya
semakin meningkat di era Presiden Bush. Baru-baru ini Indonesia
menjajagi kemungkinan mendapatkan tank-tank ampibi dari Amerika. Amerika
kabarnya sudah setuju, hanya saja Amerika meminta kejelasan apa imbalan
dan keuntungan yang bisa diraih dari pengadaan bantuan perlatan militer
tersebut.
Cengkeraman
ekonomi Amerika di Indonesia, semakin nyata dengan penguasaan sektor
energi dan minyak Indonesia oleh sebuah perusahaan Yahudi bernama
Halliburton. Sementara sektor telekomunikasi berada dalam pengaruh
perusahaan Yahudi lainnya yaitu, Telcos.
http://militaryanalysisonline.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar