Atraksi kekuatan sistem persenjataan saat
peringatan HUT TNI pada Oktober 2014 lalu. Selama ini politik anggaran dibagi
rata antara angkatan darat, laut dan udara, kata anggota DPR yang menggeluti
persoalan pertahanan. Wacana menghidupkan kembali doktrin kekuatan maritim
muncul kembali saat pameran industri pertahanan berskala internasional, yang
diikuti lebih dari 670 perusahaan dari 50 negara.
Ini adalah acara dua tahunan yang digelar sejak
empat tahun silam, seiring ambisi Indonesia untuk memperbaharui sistem
persenjataan militernya. Wakil Presiden Jusuf Kalla dalam pidato sambutannya,
mengatakan, sudah saatnya Indonesia menekankan modernisasi persenjataannya pada
pengamanan perbatasan laut, sesuai tekad pemerintah enghidupkan kembali doktrin
kekuatan maritim.
"Kekuatan maritim kita, ekonomi kepulauan,
tidak mungkin tanpa industri maritim yang baik," kata Wapres Jusuf Kalla,
seperti dilaporkan wartawan BBC Indonesia, Heyder Affan, dari lokasi pameran di
Kemayoran, Jakarta.
Alasannya, lanjut Kalla, penguasaan laut, kekayaan
di dalamnya atau ekonomi kelautan, tidak dapat dijalankan dengan baik, tanpa
adanya industri maritim.
Pengadaan kapal selam
Kementerian Pertahanan mengatakan, upaya
modernisasi sistem pertahanan baru mencapai sekitar 40% Pemerintahan Joko
Widodo sendiri telah menyatakan akan melanjutkan pembaharuan sistem
persenjataan dengan target tercapainya kemandirian pemenuhan kebutuhan
persenjataan TNI pada 2029 nanti.
Saat ini, menurut Menteri Pertahanan Ryamizard
Ryacudu, pemerintah terus menambah sistem persenjataan untuk memperkuat
perairan Indonesia dengan antara lain menambah kapal selam dan kapal cepat.
"Dua kapal selam dengan bekerja sama dengan
Korea Selatan. Juga kapal-kapal cepat buatan (PT PAL) Surabaya," kata Ryamizard
menjawab pertanyaan wartawan BBC Indonesia.
Namun dia mengaku semua itu masih dirasa kurang
untuk dapat mengamankan seluruh perairan Indonesia, saat ini.
"Belum cukup, tetapi kita akan meningkatkan
terus," katanya.
Menurutnya, pemenuhan pembaharuan sistem
persenjataan untuk mengamankan perairan Indonesia baru tercapai sekitar 40
persen.
Tambah anggaran TNI AL
Sementara, anggota DPR yang sejak awal terlibat pada
permasalahan pertahanan, TB Hasanudin mengatakan, Indonesia harus menambah
anggaran pada pertahanan kemaritiman jika ingin menghidupkan kembali doktrin
kekuatan maritim. Selama ini politik anggaran dibagi rata antara angkatan
darat, laut dan udara, katanya.
"Saya berharap Menteri Pertahanan harus
mengubah anggarannya," kata TB Hasanudin kepada BBC Indonesia.
"Sebaiknya ada proyeksi (anggaran) ke laut lebih diperbesar sehingga
konsep pertahanan ke laut itu lebih riil," tandasnya.
Doktrin kekuatan maritim pernah didengungkan oleh
Presiden Sukarno, didasarkan geopolitik Indonesia yang memiliki panjang garis
pantai terpanjang di dunia serta kekayaan sumber daya alam Indonesia di
dalamnya. Tetapi kebijakan ini tidak berjalan di masa Presiden Suharto berkuasa,
karena lebih memprioritaskan pada pertahanan darat. Kini kesadaran akan doktrin
itu muncul lagi di saat Indonesia dirugikan ratusan triliun rupiah akibat
pencurian ikan di perairan Indonesia serta sering terjadinya praktik
pelanggaran atas wilayah perairannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar