Gambar dari sebuah video terbaru yang dirilis ISIS yang memperlihat pemenggalan terhadap wartawan AS, Steven Sotloff |
Hal yang lebih bikin bingung lagi, para sandera tampak tenang ketika berbicara ke arah kamera. Mengapa sandera mematuhi propaganda ISIS, jika mereka tahu bahwa hal itu akan mengakibatkan kematiannya? Sejumlah orang bahkan menduga bahwa mungkin para sandera telah membuat kesepakatan dengan para penculiknya demi sebuah kematian yang lebih manusiawi.
Berdasarkan sebuah wawancara Sky News dengan seorang pembelot ISIS, yang terjadi tidaklah demikian. Orang itu, yang disebut sebagai "Saleh", menjelaskan bahwa para sandera tenang karena mereka sudah berada dalam situasi itu sebelumnya. Mereka sesungguhnya tidak tahu bahwa mereka akan mati.
Saleh mengatakan, para anggota ISIS secara rutin memaksa para sandera untuk "berlatih" eksekusi. Saleh sendiri pernah melakukan tugas itu, "latihan eksekusi" atas perintas seorang pria Turki. Saleh mengatakan kepada para sandera bahwa mereka tidak akan dibunuh. Dia mengingat apa yang dikatakannya kepada mereka, "Jangan khawatir, tidak masalah, tidak ada yang membahayakan kamu."
Padahal, lanjut Saleh, semua orang dalam kelompok itu memahami bahwa para sandera itu akan dibunuh pada suatu ketika.
Dia melanjutkan, latihan eksekusi itu harus dilakukan sehingga pada saat kematian sandera yang telah ditentukan, mereka tak menyangka akan dibunuh dan bisa menyampaikan tuntutan dengan tenang di hadapan kamera video.
"Atasan saya selalu berkata, 'Katakan kepada mereka, jangan khawatir, hanya video, kami tak akan membunuh kalian, kami hanya minta pemerintah kalian berhenti menyerang Suriah. Kami tak punya masalah dengan kalian yang adalah tamu kami'," papar Saleh menirukan kata-kata atasannya.
Sebelum bergabung dengan ISIS, Saleh bekerja sebagai seorang penerjemah. Dia nekat melarikan diri dari ISIS dengan menyeberangi perbatasan Turki. Saleh mengaku, sebelum kabur, dia menjaga seorang sandera dengan aksen Inggris yang kental.
"Pria ini berasal dari Inggris atau Belanda, saya tidak tahu. Bahasa Inggrisnya sangat bagus. Terkadang saya tak memahami apa yang dikatakannya," ujar Saleh.
Saleh menambahkan, ISIS biasanya memberi nama Arab untuk para sandera demi membuat mereka merasa berada di antara teman-teman yang tidak berbahaya. Saleh menyebut sandera Jepang Kenji Goto diberi nama Abu Saad.
"Dalam latihan eksekusi, saya memanggil Goto dengan nama Abu Saad. Awalnya dia berpikir mungkin kami sulit menyebut nama Jepangnya. Namun, kemudian saya perhatikan, dia menjadi tenang saat saya memanggilnya dengan nama Abu Saad," tambah Saleh. (Kompas)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar