Lipperrt, 42, menderita pendarahan pada wajah namun masih mampu berjalan setelah menerima serangan tersebut.
"Kami sangat mengecam tindakan kekerasan ini," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat Marie Harf.
Penyerang Lippert berhasil diringkus oleh pihak kepolisian dan diidentifikasi dengan nama Kim Ki-ong. Sejumlah saksi menyatakan bahwa dia menggunakan pisau buah kecil untuk melakukan aksinya.
Saat melakukan serangan, Kim nampak mengenakan pakaian tradisional Korea dan meneriakkan slogan persatuan Korea Selatan dan Korea Utara. Dia juga menolak "latihan perang" yang setiap tahunnya digelar oleh Seoul dan Washington.
"Pelaku datang dengan menggunakan pakaian tradisional Korea berwarna coklat. Dia meneriakkan sesuatu, mendekati duta besar dan kemudian menyerang wajahnya," kata seorang saksi bernama Michael Lammbrau dari lembaga Arirang Institute kepada Reuters.
Kim sendiri adalah anggota kelompok pro-unifikasi Korea yang merupakan penyelenggara acara yang dihadiri sang duta besar, demikian keterangan polisi. Sebelumnya dia pernah melakukan aksi demonstrasi sendirian untuk memprotes Jepang atas klaim kepemilikian pulau sengketa yang dikenal sebagai Dokdo di antara warga Korea dan Takeshina di Jepang.
"Orang-orang mencoba melumpuhkan pelaku sementara duta besar masih duduk di kursinya. Duta besar sempat melawan pelaku di kursinya. Darah berceceran di tempat kejadian akibat luka sepanjang tujuh inchi di bagian wajah kanan," kata Lammbrau.
"Dia meneriakkan slogan-slogan anti-Amerika, anti-imperialis dan sejenisnya saat ditangkap," kata Lammbrau.
Lippert menjadi duta besar di Korea Selatan sejak November tahun lalu. Dia dikenal sebagai orang yang terbuka dan bergaya informal.
Acara pada Kamis digelar oleh kelompok Korean Council for Reconciliation and Cooperation. Mereka kemudian menulis keterangan yang mengecam serangan dan meminta maaf kepada pemerintah Amerika Serikat beserta Korea Selatan, demikian Reuters melaporkan.
antaranews
Tidak ada komentar:
Posting Komentar