Rabu, 03 Desember 2014

China Buat “BrahMos” Baru, dari Mana Teknologinya ?



 
CX-1 supersonic anti-ship cruise missile adi Zhuhai Airshow, China. (Wendell Minnick / Staff)
CX-1 supersonic anti-ship cruise missile adi Zhuhai Airshow, China. (Wendell Minnick / Staff)
Taipei – Rudal baru supersonik anti-kapal CX-1 China siap diekspor ke negara sekutu Amerika maupun lawan, dengan pasar potensial termasuk Iran, Pakistan, negara-negara Afrika dan Amerika Selatan.

Dipajang baru-baru ini di Zhuhai Airshow China, rudal ini menyerupai rudal jelajah India, BrahMos dengan air intake besar di hidung, yang disebut oleh china “axial symmetrical inlet”. Namun, menurut media China, hal itu satu-satunya kesamaan dengan BrahMos, sambil menyebutkan perbedaan sayap, guidance vanes dan jet vanes, dari kedua rudal.
NPO Mashinostroyenia (NPOM) Rusia dan Defence Research and Development Organisation India bersama-sama mengembangkan BrahMos, berdasarkan rudal Yakhont (P-800 Oniks), buatan NPOM Rusia.
Vasiliy Kashin, seorang peneliti di Moskow untuk Analisis Strategi dan Teknologi, mengkritik laporan media China yang menyangkal rudal ini meniru BrahMos. Dia mengatakan Rudal CX 1 kemungkinan didasarkan sebagian pada rudal permukaan-ke-permukaan BrahMos, “namun Rusia tidak menjual rudal itu ke China atau menawarkan cukup data ke China untuk membangunnya”.
Namun, Rusia telah menjual rudal ke negara lain di kawasan, termasuk Indonesia dan Vietnam, “sehingga dibayangkan satu atau lebih dari negara-negara itu, bisa memberikan beberapa rincian ke China,” katanya.
Andrew Erickson, Pakar militer spesialis China di US Naval War College yang juga penulis buku “A Low-Visibility Force Multiplier: Assessing China’s Cruise Missile Ambitions” mengatakan, tingkat presisi rudal ini belum diketahui namun kemampuan industri rudal jelajah China secara keseluruhan meningkat signifikan.
China terus mengejar sumber teknologi asing secara aktif, “mampu menggabungkan beberapa teknologi dikombinasikan dengan kemampuan asli dalam negeri China, untuk menghasilkan sistem baru,” katanya.
Kashin mengatakan, rudal CX 1 adalah produk dari Chinese Academy of Launch Technology (CALT), atau Akademi Pertama di bawah China Aerospace Sains dan Teknologi Corp. Sebagian besar rudal jelajah, termasuk yang paling canggih, dikembangkan oleh Akademi Ketiga, China Aerospace Sains dan Industri Corp.
Kashin menambahkan meskipun tidak biasa bagi CALT untuk ikut “dalam game ini, namun mereka memiliki pakar aerodinamis yang sangat kuat dan kemampuan lain yang dapat mendukung pengembangan sektor rudal dan rudal jelajah balistik.”
Rudal CX-1 yang dipamerkan di Zhuhai ada dua varian; sistem berbasis kapal CX-1A dan 1B CX sistem berbasis darat- mobile. Dengan janglauan 40-280 kilometer, rudal ini dapat membawa hulu ledak 260 kilogram. Angka-angka ini berada di bawah aturan Missile Technology Control Regime (MTCR) tentang pembatasan yang melarang rudal membawa muatan lebih dari 500 kilogram dan daya jangka yang tidak melebihi 300 kilometer.
Namun, Kashin mengatakan angka-angka ini dapat dirancang untuk menyesatkan dan kemampuan sebenarnya dari rudal mungkin lebih besar daripada pembatasan MTCR.
Dengan kecepatan Mach 3, rudal ini bisa menyerang target dalam probabilitas kesalahan diameter 20 meter. Hulu ledak termasuk semi-armor-piercing untuk kapal dan hulu ledak fragmentation-blast, serta hulu penetrasi untuk serangan darat.
Setiap peluncur mobile darat membawa dua rudal. Ketika menyerang target yang lambat, seperti kapal, rudal dapat membuat serangan terminal horisontal dengan menggabungkan cruise tinggi dan rendah dan menggunakan bimbingan unit pengukuran inersia dan radar pencari aktif.
Sebuah unit mobile berbasis darat akan terdiri dari satu kendaraan komando, satu kendaraan dukungan terpadu, tiga kendaraan peluncuran, tiga kendaraan transporter-loader dan 12 tabung untuk serangan dua gelombang. (defensenews.com).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar