Senin, 30 Maret 2015

Arab Saudi Menyerang, 1.800 WNI dalam Bahaya

Sejumlah warga mencari para korban yang tertimbun reruntuhan gedung akibat serangan udara Arab Saudi terhadap pemberontak Huthi di dekat bandara Sanaa, Yaman, 26 Maret 2015. AP/Hani Mohammed
Sejumlah warga mencari para korban yang tertimbun reruntuhan gedung akibat serangan udara Arab Saudi terhadap pemberontak Huthi di dekat bandara Sanaa, Yaman, 26 Maret 2015. AP/Hani Mohammed
Jakarta – Konflik bersenjata di Yaman, antara pasukan pemberontak Syiah, Houthi, dan pasukan koalisi negara Arab yang dipimpin Arab Saudi, mengancam nasib sekitar 1.860 warga Indonesia di negara itu. Kantor Kedutaan Besar Indonesia di Beirut Street, Faj Attan Hadda Diplomatic Area, Sanaa, juga berisiko menjadi korban pengeboman pasukan koalisi karena berada di dekat Istana Kepresidenan Yaman yang dikuasai pemberontak.
Pasukan koalisi melancarkan serangan militer ke sejumlah kota di Yaman, sejak Kamis lalu, atas permintaan Abd-Rabbu Mansour Hadi, Presiden Yaman yang lari ke Arab Saudi setelah pasukan Houthi, yang diduga didukung Iran, melancarkan serangan ke Aden. Hadi, Presiden Yaman yang sah, lari ke Aden pada Februari lalu setelah berada dalam tahanan rumah pasukan Houthi yang menguasai Ibu Kota Sanaa sejak September tahun lalu.
Dhia ul Hady Albairuney, salah satu mahasiswa di Hudaidah, mengatakan serangan koalisi Saudi ke kantong pemberontak di daerah itu menyebabkan mereka kesulitan mencari makanan. Di kota di sisi barat Yaman ini, setidaknya ada 102 warga Indonesia—tujuh puluh di antaranya mahasiswa. Menurut Dhia, mereka sangat ingin dievakuasi, tapi tidak bisa karena bandara hancur dan sejumlah pelabuhan dikuasai pemberontak.
Alwi Zaid, pelajar Indonesia di Aden, mengatakan ia masih merasa aman karena serangan udara pasukan koalisi masih di luar kota. Mahasiswa di Aden pun ingin dievakuasi tapi terhambat oleh tertutupnya jalur evakuasi. “KBRI selalu siap mengevakuasi kami kapan pun,” kata mahasiswa Institut Islam Albaihani ini.
Duta Besar RI untuk Yaman, Wajid Fauzi, menyebut situasi di Sanaa “sangat dinamis dan cepat berubah”. Fauzi mengatakan evakuasi terhadap warga Indonesia terhambat karena tidak ada penerbangan keluar dari negara itu lantaran bandara Sanaa rusak. Wajid menyarankan agar WNI di Hudaidah tetap di sana. “Nanti kita atur perjalanannya,” katanya.
Dalam wawancara dengan stasiun TV Indonesia, Fauzi mengatakan evakuasi ada kemungkinan bisa dilakukan melalui Pelabuhan Hudaidah menuju Pelabuhan Jizan di Arab Saudi. Ia berharap bandara segera diperbaiki agar evakuasi bisa dilakukan dari sana.
Sumber di KBRI Sanaa menyatakan, kemarin, seluruh staf akan bermalam di basemen kedutaan. Karena ibu kota menjadi sasaran pengeboman, ada kemungkinan kedutaan akan dipindahkan sementara ke Salalah, dekat perbatasan Oman. Fauzi tidak memberi konfirmasi soal kabar ini. (tempo.co)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar