Sabtu, 07 Maret 2015

Wanita perekrut simpatisan ISIS ditangkap di Barcelona



Wanita perekrut simpatisan ISIS ditangkap di Barcelona
Remaja putri asal Inggris Amira Abase, Kadiza Sultana, dan Shamima Begun (kiri-kanan) berjalan di Bandara Gatwick sebelum mereka menaiki pesawat ke Turki dengan tujuan akhir Suriah (REUTERS/Metropolitan Police/Handout via Reuters)
Madrid (ANTARA News) - Seorang wanita Maroko ditangkap di sebuah bandara di Spanyol Sabtu waktu setempat karena dicurigai merekrut wanita-wanita Eropa dan Afrika Utara untuk bergabung dengan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).


Tersangka bernama Samira Yerou itu dikirimkan ke Spanyol oleh pihak berwenang Turki setelah mereka mendapati dia berusaha masuk secara ilegal ke Suriah, kata kementerian dalam negeri Spanyol seperti dikutip AFP.

Spanyol sudah mengeluarkan surat penangkapan internasional untuk sang wanita.

Pihak berwenang Spanyol meyakini Yerou sedang berusaha bertemu dengan ISIS dan diinterogasi setelah mendarat di Bandara El Prat, Barcelona.

"Yerou boleh jadi memainkan peran penting dalam rekrutmen dan mengirimkan para wanita simpatisan kelompok teroris itu di Eropa dan Maroko," kata kementerian tersebut.

Dia bersama dengan anaknya yang masih berusia tiga tahun ketika mencoba masuk Suriah. Ayahanda si anak mengajukan laporan manakala Yerou dan sang anak hilang dari kota Rubi, Spanyol, yang berdekatan dengan Barcelona, pada Desember.

"Anak itu dalam keadaan sehat sekali dan telah dipersatukan kembali dengan ayahnya," kata kementerian itu.

Seperti kebanyakan negara-negara Eropa, Spanyol berjuang memerangi radikalisasi kaum muda yang berusaha bergabung dengan ISIS di Suriah dan Irak, serta berhasil memotong jejaring rekrutmen dalam beberapa bulan terakhir.

Pihak berwenang Spanyol meyakini bahwa sekitar 100 warga Spanyol telah bergabung dengan ISIS di Suriah dan Irak. Jumlah ini relatif lebih rendah jika dibandingkan dengan Prancis, Inggris dan Jerman.

Seluruhnya, sekitar 550 perempuan muda telah bergabung dengan ISIS, kata lembaga think tank Inggris, Institute for Strategic Dialogue, seperti dikutip AFP.

REUTERS

Tidak ada komentar:

Posting Komentar