Senin, 16 Maret 2015

China siap menyerbu bila Myanmar berulah lagi

Pemerintah Republik Rakyat China menyatakan tidak segan mengerahkan kekuatan militer besar-besaran ke Myanmar bila mereka lancang memasuki wilayah negeri tirai bambu itu dan melakukan penyerangan. Tetapi sampai saat ini, pimpinan pemerintah dan militer Tiongkok masih menahan diri dan membuat perhitungan serta melihat sikap Myanmar selepas menyerang wilayah selatan mereka dan menewaskan empat petani tebu.


China siap menyerbu bila Myanmar berulah lagi

Menurut Perdana Menteri China, Li Keqiang, mereka memiliki kemampuan dan siap menyerang balik bila militer Myanmar masih membandel dengan memasuki wilayah Tiongkok dengan alasan apapun. Sebab dia menyatakan harus mempertahankan perbatasan secara keras demi keamanan dan stabilitas.



Sementara itu, Deputi Kepala Militer China, Fan Changlong, menyatakan sebenarnya bukan kali ini saja militer Myanmar lancang memasuki wilayah mereka. Menurut dia, dalam beberapa waktu terakhir peristiwa serupa kerap terjadi.

"Pemerintah Myanmar harus menanggapi serius kejadian ini. Bertindak serius terhadap kejadian ini, menghukum orang yang menjadi biang masalah, serta meminta maaf dan memberikan ganti rugi kepada keluarga korban tewas dan menjelaskannya kepada pemerintah China," kata Fan seperti dilansir dari Al Jazeera, Senin (16/3).

Fan juga memperingatkan supaya Myanmar bertindak tegas terhadap anggota militernya dan tidak mengulangi perbuatan itu.

"Kalau tidak, militer China akan mengambil tindakan dan perhitungan untuk melindungi warga, property, dan keamanan rakyat China," tambah Fan.


Namun, pemerintah Myanmar menyangkal melakukan operasi militer di wilayah China. Kepala Kantor Kepresidenan Myanmar, Zaw Htay, juga menyangkal bom membunuh empat warga China berasal dari tentara mereka.

Menurut Zaw, dari data penerbangan dan GPS jet tempur mereka dia mengatakan pilot jet tempur Myanmar tidak menyerang di wilayah China. Dia mengatakan siap bekerja sama dengan China, tapi tak bakal menyelidiki kejadian itu.

Pada Jumat pekan lalu, jet tempur Myanmar membombardir wilayah China bagian selatan. Alhasil, empat petani tebu tewas akibat serangan.

Beijing langsung memprotes sikap Myanmar, dan mengerahkan jet tempur ke wilayah terdekat buat mengantisipasi kejadian serupa. Mereka juga memanggil Duta Besar Myanmar buat meminta penjelasan.

Myanmar beralasan, mereka sedang mengejar para pemberontak bersembunyi di Negara Bagian Kokang. Mereka menamakan diri Tentara Sekutu Nasional Demokratik Myanmar (Myanmar National Democratic Alliance Army). Pimpinan mereka berasal dari China bernama Peng Jiasheng.

MNDAA terbentuk dari sisa-sisa pejuang dan anggota Partai Komunis Burma. Dulunya mereka disokong oleh China buat memerangi pemerintah, tapi bubar pada 1989. Mereka meneken perjanjian damai dengan pemerintah Myanmar, tapi berakhir pada 2009 lantaran militer Myanmar menduduki Negara Bagian Kokang. Hal itu menyebabkan sekitar sepuluh ribu warga setempat didominasi etnis China mengungsi ke perbatasan terpencil dan wilayahnya sulit dijangkau.

Myanmar balik menuding tentara bayaran asal China terlibat dalam pemberontakan itu. Tetapi, China membantahnya. (Merdeka)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar