Rabu, 03 Juni 2015

Prancis Dililit Skandal Penjualan Mistral

mistral-class-warship
Dua kapal perang buatan Perancis yang seharusnya dibeli Rusia kini terbengkalai setelah ditetapkan sanksi dan embargo senjata oleh Barat terhadap pemerintah Moskow. Akibatnya, Perancis merugi hingga miliaran euro dan dua kapal perang itu terancam dimusnahkan.
Diberitakan Reuters, Selasa (7/6), kapal perang kelas-Mistral dengan landasan helikopter bernama Vladivostok rencananya akan dikirim ke Rusia pada 2014. Kapal lainnya, Sebastopol rencananya akan dikirim pada 2016.

Namun rencana ini kandas setelah Barat menjatuhkan sanksi pada Rusia yang dinilai ikut campur dalam konflik Ukraina dan mencaplok Crimea.
Kapal itu rencananya akan dijual seharga 1,163 miliar euro atau lebih dari Rp17,1 triliun. Rusia menuntut ganti rugi uang yang telah mereka keluarkan sebesar 800 juta euro, belum lagi ditambah kompensasi untuk kerugian pembelian perangkat dan pelatihan awak kapal tersebut. Namun Perancis mengaku hanya sanggup mengganti 785 juta euro.
Kesepakatan pembelian ini ditandatangani antara kedua negara pada pemerintahan Presiden Nicolas Sarkozy. Namun jika sudah begini, Perancis memiliki beberapa pilihan.
“Ada tiga kemungkinan: mengirim kapal itu ke Rusia, menjualnya ke negara lain atau memusnahkannya,” kata sumber pemerintah Perancis yang menangani penjualan ini.
Menjualnya ke Rusia dianggap opsi yang tidak mungkin. Pasalnya, berdasarkan sanksi dan embargo Barat melalui NATO, pemerintah Francois Hollande dilarang menjual persenjataan para militer Rusia.
Negara sekutu seperti Amerika Serikat dan Polandia–yang memiliki kerja sama pertahanan dengan Perancis senilai 6 miliar euro–akan marah jika Perancis melanggar sanksi tersebut.
Ada beberapa negara yang tertarik untuk membeli kapal buatan perusahaan senjata Perancis DCNS ini, sebut saja Kanada, Singapura, Mesir dan China. Namun pemerintah Vladimir Putin memperingatkan untuk tidak menjualnya ke negara lain karena kapal itu dibuat dengan spesifikasi khusus yang mencakup rahasia alat pertahanan negara Rusia.
Jika demikian, maka opsi terakhir adalah memusnahkannya. Masalahnya jika terlalu lama di dermaga, dua kapal itu menghabiskan banyak anggaran pemerintah Perancis.
Setiap bulannya, pemerintah Paris merogoh kocek 5 juta euro atau lebih dari Rp73 miliar untuk biaya berlabuh dan pemeliharaan kapal di pelabuhan dekat perairan Atlantik.
“Cara termurah saat ini adalah dengan menenggelamkan mereka,” kata Jenderal Christian Quesnot, bekas penasihat militer untuk mantan Presiden Francois Mitterrand
CNN Indonesia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar