Jakarta
– Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro menegaskan hubungan RI dan
Tiongkok semakin intens dalam kerjasama di bidang industri pertahanan.
Salah satunya adalah kegiatan pengadaan alutsista berupa misil
rudal.Menurut Purnomo, TNI terutama Angkatan Laut sudah merasa cocok
dengan rudal buatan China. “Pas latihan gabugan di Jawa Timur.
Saya sendiri hadir melihat kemampuan rudal China tersebut. Dari temen-temen di TNI terutama Angkatan Laut itu merasa pas dan cocok dengan rudal-rudal China. Dari segi kualitas dan cost,” ujar Purnomo di Aula Bhinneka Tunggal Ika, Kementerian Pertahanan, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta, Kamis, (24/7/2014).Purnomo menambahkan untuk misil Rudal, pihaknya serius terkait kerjasama pengadaan alutsista ini. Dia menekankan ada empat kerjama di bidang ini dengan prioritas pengadaan rudal jarak pendek dan jarak menengah. Kerjasama ini direalisasikan antara Kementerian Pertahanan RI dengan State Administration for Science, Technology and Industry for National Defence (SASTIND). “Jadi mereka dan kami betul-betul menjalin kerjasama ini. Ada empat kerjasama pengadaan yaitu rudal jarak pendek dan rudal jarak menengah,” ujar mantan Menteri ESDM itu.
Adapun sejauh ini produk rudal yang digunakan TNI di antaranya Rudal C-802, C-705, Rudal QW-1, dan QW-3. Saat ini, Kementerian Pertahanan dan SASTIND terus berkomunikasi intens untuk melakukan produksi bersama dan transfer teknologi.
Sementara, hari ini Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro di kantornya mendapat kunjungan Vice Chairman of the Central Military Commission PLA Tiongkok, Jenderal Fan Changlong. Kunjungan ini sebagai bentuk implementasi kerjasama strategis di bidang pertahanan antara RI – Tiongkok.(news.detik.com)
________________________________________________________________________________________________
Meski terus intens dalam kerjasama dengan Tiongkok di bidang militer, Purnomo menegaskan kalau posisi Indonesia tetap netral dalam sengketa Laut Cina Selatan.
“Kita sampaikan juga posisi Indonesia. Kalau kita ingin jalur itu sebagai kawasan bebas berlayar, zona damai, stabilitas jalurnya,” kata Purnomo di Aula Bhinneka Tunggal Ika, Kementerian Pertahanan, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta, Kamis, (24/7/2014).
Dia mengatakan Laut China Selatan bisa digambarkan sebagai rute bagi kapal-kapal niaga antar negara yang melintas. Indonesia sebagai negara kepulauan, menurutnya tetap mengupayakan zona damai di kawasan Laut China Selatan. Dia menyebut sejauh ini ada empat negara Asean yang bermasalah dalam kasus Laut Cina Selatan yaitu Filipina, Vietnam, Malaysia, dan Brunei.
“Ada empat negara Asean yang bersengketa dengan mereka yaitu Filipina, Malaysia, Vietnam, dan Brunei. Terutama Vietnam dan Filipina. Begitu juga China dengan Jepang antara mereka. Kita memahami negara ini dua negara kuat. Tapi, sesuai pembukaan 1945 itu ditegaskan kalau Indonesia ikut menjaga kedamaian di dunia,” kata Purnomo.
Soal kunjungan Jenderal Fan Changlong, Purnomo menyebut kalau pertemuan ini menjadi implementasi dari perjanjian kerjasama di bidang pertahanan sejak 2007. Kerjasama ini berlanjut dengan pengukuhan penandatanganan nota kesepahaman industri pertahanan kedua negara pada Maret 2011. Dalam kerjasama ini pula, kata dia, sudah diaplikasikan latihan gabungan antara TNI dengan militer Tiongkok.
“Kita dalam setahun itu tujuh kali mengadakan pertemuan (dengan Tiongkok),” ujarnya. (news.detik.com)
Saya sendiri hadir melihat kemampuan rudal China tersebut. Dari temen-temen di TNI terutama Angkatan Laut itu merasa pas dan cocok dengan rudal-rudal China. Dari segi kualitas dan cost,” ujar Purnomo di Aula Bhinneka Tunggal Ika, Kementerian Pertahanan, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta, Kamis, (24/7/2014).Purnomo menambahkan untuk misil Rudal, pihaknya serius terkait kerjasama pengadaan alutsista ini. Dia menekankan ada empat kerjama di bidang ini dengan prioritas pengadaan rudal jarak pendek dan jarak menengah. Kerjasama ini direalisasikan antara Kementerian Pertahanan RI dengan State Administration for Science, Technology and Industry for National Defence (SASTIND). “Jadi mereka dan kami betul-betul menjalin kerjasama ini. Ada empat kerjasama pengadaan yaitu rudal jarak pendek dan rudal jarak menengah,” ujar mantan Menteri ESDM itu.
Adapun sejauh ini produk rudal yang digunakan TNI di antaranya Rudal C-802, C-705, Rudal QW-1, dan QW-3. Saat ini, Kementerian Pertahanan dan SASTIND terus berkomunikasi intens untuk melakukan produksi bersama dan transfer teknologi.
Sementara, hari ini Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro di kantornya mendapat kunjungan Vice Chairman of the Central Military Commission PLA Tiongkok, Jenderal Fan Changlong. Kunjungan ini sebagai bentuk implementasi kerjasama strategis di bidang pertahanan antara RI – Tiongkok.(news.detik.com)
________________________________________________________________________________________________
Menhan Tegaskan Posisi RI Netral Soal Sengketa Laut China Selatan
Jakarta – Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro hari ini mendapat kunjungan dari Vice Chairman of the Central Military Commission PLA Tiongkok Jenderal Fan Changlong. Kunjungan ini sebagai bentuk implementasi kerjasama strategis di bidang pertahanan antara RI-Tiongkok.Meski terus intens dalam kerjasama dengan Tiongkok di bidang militer, Purnomo menegaskan kalau posisi Indonesia tetap netral dalam sengketa Laut Cina Selatan.
“Kita sampaikan juga posisi Indonesia. Kalau kita ingin jalur itu sebagai kawasan bebas berlayar, zona damai, stabilitas jalurnya,” kata Purnomo di Aula Bhinneka Tunggal Ika, Kementerian Pertahanan, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta, Kamis, (24/7/2014).
Dia mengatakan Laut China Selatan bisa digambarkan sebagai rute bagi kapal-kapal niaga antar negara yang melintas. Indonesia sebagai negara kepulauan, menurutnya tetap mengupayakan zona damai di kawasan Laut China Selatan. Dia menyebut sejauh ini ada empat negara Asean yang bermasalah dalam kasus Laut Cina Selatan yaitu Filipina, Vietnam, Malaysia, dan Brunei.
“Ada empat negara Asean yang bersengketa dengan mereka yaitu Filipina, Malaysia, Vietnam, dan Brunei. Terutama Vietnam dan Filipina. Begitu juga China dengan Jepang antara mereka. Kita memahami negara ini dua negara kuat. Tapi, sesuai pembukaan 1945 itu ditegaskan kalau Indonesia ikut menjaga kedamaian di dunia,” kata Purnomo.
Soal kunjungan Jenderal Fan Changlong, Purnomo menyebut kalau pertemuan ini menjadi implementasi dari perjanjian kerjasama di bidang pertahanan sejak 2007. Kerjasama ini berlanjut dengan pengukuhan penandatanganan nota kesepahaman industri pertahanan kedua negara pada Maret 2011. Dalam kerjasama ini pula, kata dia, sudah diaplikasikan latihan gabungan antara TNI dengan militer Tiongkok.
“Kita dalam setahun itu tujuh kali mengadakan pertemuan (dengan Tiongkok),” ujarnya. (news.detik.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar