Selasa, 15 Juli 2014

AS Resmi Serahkan F-16 C/D 52ID ke Indonesia



F-16 TNI AU di Hill AFB

Tiga buah dari total dua lusin pesawat tempur F-16 C/D 52ID telah diserahkan oleh pemerintah Amerika Serikat kepada pemerintah Indonesia di hangar Flight Test Facility Hill AFB, Senin, 14 Juli 2014.


Pihak Amerika Serikat diwakili oleh acting chief F-16 International Branch, Dr. Chalon Keller, menyerahkan tiga pesawat F-16 C/D 52ID kepada Atase Udara RI Kol Pnb Beni Koessetianto yang mewakili Indonesia.
Ketiga pesawat terdiri dari dua pesawat F-16 D (kursi ganda) dengan nomor ekor TS-1620 dan TS-1623, serta sebuah pesawat F-16 C (kursi tunggal) dengan nomor ekor TS-1625. Pengadaan 24 pesawat F16 C/D-52ID dalam Proyek "Peace Bima Sena II" ini merupakan kerjasama antara pemerintah AS dan Indonesia berdasarkan kontrak yang ditandatangani pada 2012 lalu.

Turut hadir pula dalam acara penyerahan ini Komandan Hill AFB, Maj. Gen Brent Baker, perwakilan dari 309 AMXG, perwakilan dari Kellstrom Industry, BAE System, Northrop Grumman, Indonesian F-16 program office, Mayor Tek Subagyo, serta Komandan Skadron Udara 3 Letkol.Pnb.Firman "Foxhound" Dwi Cahyono beserta dua orang penerbang yaitu Mayor.Pnb.Anjar "Beagle" Legowo dan Mayor Pnb.Bambang "Bramble" Apriyanto. Acara berlangsung khidmat dan ditandai dengan penandatanganan berita acara penyerahan yang dilanjutkan dengan konferensi pers dengan media lokal.

Dalam kesempatan ini pula untuk pertama kalinya para penerbang Skadron Udara 3 melihat tampilan luar dan kokpit F-16 C/D Block 52 ID yang nampak baru, dengan hampir semua peralatan dan layar penunjuk baru. Para penerbang mendapat penjelasan saat diberi kesempatan melihat pengerjaan pesawat-pesawat lain yang sedang diregenerasi setelah acara serah terima bahwa dibutuhkan kurang lebih 17.500 man-hour untuk mengerjakan pesawat pertama karena baru kali ini Depo Regenerasi dan Lockheed Martin melakukan upgrade mengganti sistem avionik pesawat Block 25 dengan Block 52. Untuk pengerjaan pesawat kedua dan selanjutnya hanya dibutuhkan 15.000 man-hour atau mungkin kurang setelah pabrikan mendapatkan road map pengerjaan pesawat. Acara kemudian ditutup dengan refreshment dan berakhir pukul 15.00 waktu setempat.

Sebelumnya Kepala Staf Angkatan Udara (Kasau), Marsekal TNI I.B Putu Dunia didampingi Atase Udara RI di Washington DC, Kol Pnb Benedictus B Koessetianto dan Technical Liaison Officer Mayor Tek. Subagyo telah melaksanakan kunjungan kerja selama 2 hari di Depo Regenerasi Hill AFB, Utah, pada tanggal 4-5 April 2014. Dalam kesempatan tersebut Kasau melaksanakan inspeksi ke hangar tempat regenerasi pesawat dilaksanakan. Kasau juga melihat langsung pesawat pertama (TS 1625) yang telah selesai melaksanakan upgrade dan modifikasi.

Menjelang penyerahan, enam penerbang menjalani ground training di Tucson ANG Base Arizona. Selama menjalani kegiatan ground training baik di kelas maupun di simulator mereka mendapatkan bahwa metode yang diterapkan sangat efektif. Pelajaran di kelas dan pelatihan di simulator ditekankan kepada pendalaman avionik apa saja yg di-upgrade serta penggunaannya dalam penerbangan. Simulator di sini ada dua macam, yaitu simulator untuk Block 25 dan simulator untuk Block 42. Pelatihan para penerbang TNI AU menggunakan simulator Block 42 karena dinilai lebih mendekati kemampuan Block 52 ID. Kegiatan di simulator terdiri atas familiarisasi kokpit dan avionik, prosedur normal dan prosedur emergency, Air To Ground (Serangan darat) dan Air To Air (Pertempuran Udara) yang meliputi Basic Intercept, Air Combat Tactic 2 v 2 dan 2 v 4. Tujuannya untuk mengasah kemampuan dalam menggunakan sistem avionik dan HOTAS (Hand On Throttle And Stick), sehingga penerbang akan mahir menggunakan pesawat dalam pertempuran tanpa memindahkan tangan dari kemudi.

Selanjutnya pada tanggal 15 Juli dua orang penerbang TNI AU akan ikut dalam penerbangan ferry jarak jauh tiga pesawat pertama yang akan dikirim ke Indonesia. Rencananya dua pesawat F-16 D dengan nomor ekor TS-1620 diawaki oleh Col.Howard Purcell (Komandan 162 Fighter Wing)/Letkol.Firman Dwi Cahyono dan TS- 1623 diawaki Ltc. Erik Houston/Mayor. Anjar Legowo serta sebuah pesawat F-16 C  dengan nomor ekor TS 1625 diawaki oleh Maj. Collin Coatney.

Selama perjalanan ketiga pesawat akan terbang melintasi Samudera Pasifik dengan mengikuti pesawat tanker KC-135 milik USAF sebagai pesawat untuk "air refueling" atau pengisi bahan bakar di udara. Rencananya penerbangan dimulai tanggal 15 juli 2014 dengan lepas landas dari Hill AFB, Utah, pada pukul 11.00 menuju Eilsen AFB Alaska (4 jam 23 menit), selanjutnya tgl 17 Juli Dari Eilsen AFB Alaska menuju Andersen AFB Guam (9 jam 40 menit) dan leg terakhir tanggal 20 Juli dari Guam langsung menuju Lanud Iswahjudi Madiun (5 jam 16 menit). Ketiga pesawat direncanakan akan mendarat di Madiun pukul 11.16 pada hari Minggu, 20 Juli 2014.

Keenam instruktur penerbang selanjutnya mulai bulan Agustus akan melanjutkan latihan terbang konversi F-16 C/D nya di Lanud Iswahjudi Madiun dibawah supervisi para instruktur penerbang dari USAF (Mobile Training Team).

Saat ini konfigurasi awal pesawat F16C/D-52ID tidak dilengkapi dengan drag chute (rem payung) sehingga untuk menyesuaikan dengan kondisi Indonesia maka pesawat-pesawat ini direncanakan akan menjalani modifikasi pemasangan peralatan drag chute yang dilakukan teknisi TNI AU dibantu personel Lockheed Martin pada kuartal pertama 2015.

Dilengkapi sistem avionik dan senjata udara modern serta kemampuan daya jangkau operasi lebih dari 700 km, maka pesawat ini sudah cukup memadai untuk menghadang penerbangan gelap atau menghantam sasaran baik siang atau malam disemua tempat di luar atau dalam wilayah kedaulatan Indonesia dan secara signifikan meningkatkan kemampuan jajaran tempur TNI AU dalam manajemen perang udara modern. Harapannya pada saat pesawat tempur masa depan IFX sudah bisa dioperasikan, maka TNI AU bisa menerapkan berbagai prosedur, taktik, pengalaman dan ilmu pengetahuan yang didapat dari pengoperasian pesawat F-16 C/D 52ID ini sehingga bisa menyamai dan bahkan mengungguli kekuatan udara calon lawan dan pesaing Indonesia. Pengalaman dan pemahaman dari aplikasi penggunaan teknologi perang udara modern yang didapat dalam pengoperasian F-16 CD 52ID akan membantu TNI AU dalam memperbaiki perencanaan, pengadaan, pelatihan serta doktrin dan taktik perang udara TNI AU sehingga mampu menjadi tulang punggung kekuatan dirgantara nasional.

Upgrade yang tidak main-main
Pelaksanaan regenerasi meliputi structural/airframe upgrade pesawat Block 25 hingga mencapai masa usia pakai (service life) optimal. Disisi lain modernisasi avionik dan mesin pesawat akan meningkatkan kemampuannya menjadi setara dengan F-16 Block 52. Seluruh mesin pesawat tipe F100-PW-220/E menjalani upgrade sehingga menjadi baru kembali.

Seluruh pesawat menjalani upgrading dan refurbished rangka airframe serta sistem avionik. Rangka pesawat diperkuat, kokpit diperbarui, jaringan kabel dan elektronik baru dipasang, semua sistem lama di rekondisi menjadi baru dan sistem komputer baru ditambahkan agar pesawat lahir kembali dengan kemampuan jauh lebih hebat.

Upgrade pesawat F-16 C/D 52ID ini tidak main-main karena mengejar kemampuan setara dengan Block 52, terutama pemasangan Mission Computer MMC-7000A versi M-5 yang dipakai Block 52+, Improved Data Modem Link 16 Block-52, Embedded GPS INS (EGI) Block-52 yang menggabungkan fungsi GPS dan INS, Electronic Warfare Management System AN/ALQ-213, Radar Warning Receiver ALR-69 Class IV, Countermeasures Dispenser Set ALE-47 untuk melepaskan Chaff/Flare. Sedangkan kemampuan radar AN/APG-68 (V) ditingkatkan agar mampu mendukung peralatan dan sistem baru yang dipasang.

Dalam operasi udara niscaya kemampuan pesawat ini cukup handal, untuk urusan pertempuran udara mampu membawa rudal jarak pendek AIM-9 Sidewinder P-4/L/M dan IRIS-T (NATO) serta rudal jarak menengah AIM-120 AMRAAM-C, sehingga pesawat F-16 C/D 52ID TNI AU tidak kalah dengan pesawat F-16 C/D Block 50/52. Sedangkan untuk sasaran darat dan perairan, pesawat ini membawa persenjataan kanon 20 mm, bom standar MK 81/82/83/84, Laser Guided Bomb Paveway, JDAM (GPS Bomb), Bom anti runway Durandal, rudal AGM-65 Maverick K2, rudal AGM-84 Harpoon (anti kapal), rudal AGM-88 HARM (anti radar). Sedangkan peralatan Improved Data Modem Link 16 memungkinkan penerbang melakukan komunikasi tanpa suara hanya menggunakan komunikasi data dengan pesawat lain atau radar darat, radar laut atau radar terbang.

Yang paling penting, pesawat dilengkapi peralatan pemandu navigasi yang terbaru memadukan INS/GPS sehingga akurasi sangat tinggi. Head Up Display layar lebar terbaru akan dipasang yang kompatibel dengan Helmet Mounted Cueing System dan Night Vision Google yang akan menjadi kelengkapan. Pesawat juga akan dilengkapi navigation dan targeting pod canggih seperti Sniper/Litening untuk operasi tempur malam hari seperti layaknya siang disamping mampu melaksanakan misi Supression Of Enemy Air Defence (SEAD) untuk menetralisir pertahanan udara musuh.

Selain pengadaan 24 pesawat F-16, kontrak kerjasama juga meliputi pengadaan spare parts, ground support equipment, training, JMPS (Joint Mission Planning System), RIAIS (Rackmount Improve Avionic Intermediate System), AME (Alternate Mission Equipment) dan PMEL (Precision Measurement Equipment Laboratory).

Sumber: TNI AU

Tidak ada komentar:

Posting Komentar