Perusahaan pertahanan Amerika Serikat, Lockheed Martin, memecah
keheningan dengan berencana untuk mengembangkan pesawat hipersonik tanpa
awak yang diusulkan untuk misi pengintaian dan penyerangan jarak jauh
militer AS di masa depan. Lockheed Martin mengatakan, pihaknya siap
memulai pengembangan pesawat hipersonik tak berawak SR-72 yang bisa
digunakan Angkatan Udara AS pada 2030.
Usulan pengembangan drone ini sebagai tindak lanjut dari pengembangan pesawat pengintai strategis tercepat Angkatan Udara AS SR-71 'Blackbird' (kecepatan Mach 3) yang dikembangkan oleh desainer legendaris Clarence "Kelly" Johnson, chief designer dari Lockheed Martin Skunk Work di era 60-an.
Sebagai drone hipersonik, SR-72 akan terbang dengan kecepatan hingga Mach 6 (7.350 km/jam), atau enam kali kecepatan suara. Pada kecepatan ini, laju drone akan sangat cepat sehingga musuh tidak memiliki waktu untuk bereaksi atau menghindar. SR-72 kemungkinan baru bisa beroperasi pada 2030.
Sudah beberapa tahun terakhir, Lockheed Martin Skunk Works bekerjasama dengan Aerojet Rocketdyne (perusahaan AS pembuat mesin rudal dan roket) guna mengembangkan metode untuk mengintegrasikan turbin dengan mesin jet ramjet supersonik air breathing untuk menambah daya pesawat hingga mencapai kecepatan Mach 6.
Turbin akan berbasis kombinasi cycle propulsion, yang berarti turbin dikombinasikan dengan ramjet untuk memungkinkan operasi dari statis ke kecepatan hipersonik. Pada tahapan turbin, daya dorong dihasilkan dari mesin turbin sejak lepas landas hingga mencapai kecepatan Mach 3, selanjutnya hentakan ramjet akan mempercepat laju pesawat hingga kecepatan hipersonik.
Usulan pengembangan drone ini sebagai tindak lanjut dari pengembangan pesawat pengintai strategis tercepat Angkatan Udara AS SR-71 'Blackbird' (kecepatan Mach 3) yang dikembangkan oleh desainer legendaris Clarence "Kelly" Johnson, chief designer dari Lockheed Martin Skunk Work di era 60-an.
Sebagai drone hipersonik, SR-72 akan terbang dengan kecepatan hingga Mach 6 (7.350 km/jam), atau enam kali kecepatan suara. Pada kecepatan ini, laju drone akan sangat cepat sehingga musuh tidak memiliki waktu untuk bereaksi atau menghindar. SR-72 kemungkinan baru bisa beroperasi pada 2030.
Sudah beberapa tahun terakhir, Lockheed Martin Skunk Works bekerjasama dengan Aerojet Rocketdyne (perusahaan AS pembuat mesin rudal dan roket) guna mengembangkan metode untuk mengintegrasikan turbin dengan mesin jet ramjet supersonik air breathing untuk menambah daya pesawat hingga mencapai kecepatan Mach 6.
Turbin akan berbasis kombinasi cycle propulsion, yang berarti turbin dikombinasikan dengan ramjet untuk memungkinkan operasi dari statis ke kecepatan hipersonik. Pada tahapan turbin, daya dorong dihasilkan dari mesin turbin sejak lepas landas hingga mencapai kecepatan Mach 3, selanjutnya hentakan ramjet akan mempercepat laju pesawat hingga kecepatan hipersonik.
Hasilnya adalah SR-72 yang Aviation Week juluki sebagai "anak Blackbird", dan mesin yang terintegrasi dan badan pesawat yang dioptimalkan akan menghasilkan performa yang tinggi. "Diciptakan sebagai solusi untuk platform senjata mobile yang dapat bersembunyi dari satelit. Jet akan terbang sangat cepat sehingga lawan tidak akan mampu bereaksi untuk menyembunyikan target (mobile)," seperti yang dikatakan Guy Norris, seorang penulis di Aviation Week.
Menurut Brad Leland, manajer program Lockheed Martin, sebuah pesawat hipersonik akan menjadi 'game changer'. "Pesawat hipersonik yang dilengkapi dengan rudal hipersonik, akan menembus wilayah udara yang dijaga dan menyerang hampir semua lokasi di seluruh benua dalam waktu kurang dari satu jam, kata Leland. "Kecepatan adalah kemajuan selanjutnya dari penerbangan untuk melawan ancaman yang muncul dalam beberapa dekade mendatang. Teknologi ini akan menjadi 'game changer' di teater (perang), seperti halnya pesawat-pesawat siluman yang mengubah wajah pertempuran udara hari ini."
SR-72 bukanlah pesawat hipersonik pertama Lockheed Martin. Dalam kemitraan dengan Defense Advanced Research Projects Agency (DARPA), para pengembang sebelumnya telah mengembangkan Falcon Hypersonic Technology Vehicle 2 (HTV-2) rocket-launched. Proyek pengembangan dan penelitian HTV-2 digunakan untuk mengumpulkan data pada tiga tantangan teknis dari penerbangan hipersonik yaitu aerodinamik; efek aerothermal; dan bimbingan, navigasi dan kontrol.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar