Mantan Kasum TNI Letjen (Purn) Suryo Prabowo tidak percaya Indonesia
menempati urutan ke-12 sebagai negara dengan militer terkuat di dunia
berdasarkan laman Global Fire Power (GFP).
Posisi Indonesia berdasarkan survei tersebut tepat berada di bawah Israel dan di atas Australia.
"Penilaian tersebut jelas enggak benar atau tidak reliable alias tidak bisa dipercaya," kata Suryo dalam pernyataannya, JUmat(18/9/2015).
Suryo mengatakan banyak variabel yang harus dinilai untuk mengukur kekuatan militer sebuah negara.
Apalagi katanya yang dilihat cuma jumlah senjatanya seperti yang dilakukan GFP. "Misalnya 10 pesawat Sukhoi lawan 1 pesawat F35, ya Sukhoinya kalah. Atau 50 roket RM70 Grad lawan 1 roket Himmars atau roket Astros, ya kalah," kata Suryo.
Posisi Indonesia berdasarkan survei tersebut tepat berada di bawah Israel dan di atas Australia.
"Penilaian tersebut jelas enggak benar atau tidak reliable alias tidak bisa dipercaya," kata Suryo dalam pernyataannya, JUmat(18/9/2015).
Suryo mengatakan banyak variabel yang harus dinilai untuk mengukur kekuatan militer sebuah negara.
Apalagi katanya yang dilihat cuma jumlah senjatanya seperti yang dilakukan GFP. "Misalnya 10 pesawat Sukhoi lawan 1 pesawat F35, ya Sukhoinya kalah. Atau 50 roket RM70 Grad lawan 1 roket Himmars atau roket Astros, ya kalah," kata Suryo.
"Kalau BBM hanya mampu mendukung pesawat tempur dan kapal perang RI untuk berperang cuma 2 minggu, TNI belum bisa dinilai kekuatannya," kata mantan Wakasad ini.
Suryo mengingatkan rakyat, pemerintah dan TNI agar tidak terbuai dan lalai dengan berbagai penilaian tersebut.
Penilaian tersebut lanjutnya harus dibaca sebagai motif. Sebelumnya disebut Kopassus rangking 3 pasukan elit dunia. Kemudian katanya dalam talk show di TV ABC Amerika tahun 2014, Jenderal Tommy Frank, Peter Pace dan Mike Jakson mengatakan tentara Vietnam belajar bertempur dari TNI.
Sekarang Global Fire Power (GFP) menilai kekuatan TNI nomor 12 di atas Australia dan ASEAN.
"Tiap tahun selalu ada pujian dan penilaian untuk TNI. Kita perlu waspada maksud dibalik pemberitaan itu," katanya.
Dijelaskannya, kekuatan TNI bukan saja diukur dari persenjataannya tapi harus didukung oleh kemandirian negara dalam industri pertahanan dan kemandirian energi.
"Dan yang terpenting TNI didukung oleh seluruh rakyar lndonesia", tutupnya.
Sumber : Tribun
Tidak ada komentar:
Posting Komentar