NEW DELHI-(IDB) : Jika India dan Perancis jadi menandatangani kontrak akhir untuk
pengadaan jet tempur Rafale, maka ada kemungkinan bahwa pesawat buatan
Perancis itu akan dipersenjatai Angkatan Udara India (IAF) dengan rudal
Rusia. Hal ini terkait keputusan IAF yang ingin menentukan sendiri rudal
apa yang akan digunakan pada Rafale.
Menurut Boris Obsonov, Direktur Jenderal Korporasi Senjata Rudal Taktis Rusia (TRV), jika India menginginkan, maka mereka siap mengadaptasi rudal Rusia untuk pesawat Perancis. "Ini termasuk rudal udara-ke-udara jarak pendek, menengah dan jauh, rudal anti-kapal dan bom pandu," menurut Obsonov kepada media saat pameran dirgantara MAKS di Moskow.
Selama proses tender, India menetapkan bahwa 18 Rafale pertama harus dikirimkan dengan senjata lengkap dan terintegrasi. Dassault Aviation, produsen Rafale tentu saja ingin melengkapi Rafale dengan rudal buatan Perancis, namun ada klausul lain yang membuat vendor harus mengintegrasikan rudal pilihan IAF.
Analis menilai, berlarut-larutnya penandatanganan kontrak Rafale ini kemungkinan berasal dari masalah senjata dari pihak ketiga (Rusia). "Tampaknya IAF menginginkan future upgrade terhadap Rafale. Namun hal ini bisa menjadi masalah utama yang akan membatalkan kontrak dengan Perancis," menurut Aviation News International.
Mengawinkan rudal Rusia dengan pesawat tempur Perancis bukanlah hal baru bagi Rusia. Pesawat tempur Mirage Angkatan Udara Irak (era Saddam) dipersenjatai dengan rudal udara-ke-permukaan Kh-29L Vympel, yang didesain untuk menyerang target berat di darat dan permukaan seperti kereta api besar, jembatan jalan raya, pesawat yang disembunyikan di penyimpanan beton bertulang dan kapal. Angkatan Udara Afrika Selatan juga mempersenjatai Mirage F1s-nya dengan rudal udara-ke-udara R-73 jarak pendek. Rudal ini merupakan rudal serbaguna yang juga sudah diuji coba India dengan pesawat tempur ringan buatannya "Tejas".
Namun, Obsonov menambahkan bahwa: "Pekerjaan ini tidak bisa diselesaikan dalam waktu dekat, tapi kami sedang dalam proses untuk menyelesaikannya."
India tentu saja akan sangat senang bila hal ini bisa diwujudkan Dassault Aviation dan TRV. Karena ini menyangkut stok rudal yang dimiliki India. India tidak memiliki stok rudal yang kompatibel dengan Rafale, selain rudal-udara-ke-udara MICA yang dibeli bersamaan pembelian pesawat tempur Mirage 2000.
Satu-satunya penghalang kemungkinan adalah masalah teknis, menurut Defence Industry Daily (DID), pekerjaan ini tidak akan murah. kecuali Dassault Aviation dan TRV mengembangkan Universal Weapon Interface untuk produk TRV, dan mungkin memodifikasi rudal yang sudah ada. Mengintegrasikan dan menguji hal itu akan memakan waktu dan biaya, ujar DID.
Dari segi kemampuan, senjata asli bawaan Rafale tentu saja bukan senjata buruk. DID menyebutkan bahwa kombinasi pemindaian inframerah dan sistem track dan rudal MICA buatan Perancis memungkinkan Rafale untuk dilengkapi dengan radar-guided missiles dengan target-pasif, tidak ada peringatan (warning) serangan pada pesawat musuh dari luar jangkauan visual/beyond visual range (BVR). Untuk saat ini, pesawat Rusia yang memiliki keunggulan seperti adalah Su-27/30 Flanker dan keluarganya, dan MiG-29s.
Hingga akhir tahun 1980-an, sebelum Flanker terbang ke langit, pesawat-pesawat Uni Soviet kalah unggul dari F-14, F-15 dan F-16 Amerika Serikat. Untuk mengatasinya, mereka mengembangkan rudal khusus untuk menjatuhkan pesawat-pesawat tempur seri F Amerika Serikat. Ditambah lagi dengan hadirnya Su-27 yang dilengkapi dengan rudal semacam ini. Inilah yang menjadikan alasan mengapa pesawat-pesawat tempur Rusia sekarang mampu melaksanakan misi-misi spektrum luas. IAF sendiri memahami dan mengadopsi strategi ini.
Rudal MICA Perancis tidak memiliki silsilah keturunan dengan rudal-rudal Rusia. Keduanya dari nenek moyang berbeda dan mengintegrasikannya akan membutuhkan waktu dan biaya. Sebab itu muncullah pertanyaan IAF: Akankah desakan untuk mengintegrasikan Rafale dengan rudal Rusia akan melambungkan harga? Atau apa konsekuensi bagi kemampuan udara IAF bila membeli rudal Perancis?
Menurut Boris Obsonov, Direktur Jenderal Korporasi Senjata Rudal Taktis Rusia (TRV), jika India menginginkan, maka mereka siap mengadaptasi rudal Rusia untuk pesawat Perancis. "Ini termasuk rudal udara-ke-udara jarak pendek, menengah dan jauh, rudal anti-kapal dan bom pandu," menurut Obsonov kepada media saat pameran dirgantara MAKS di Moskow.
Selama proses tender, India menetapkan bahwa 18 Rafale pertama harus dikirimkan dengan senjata lengkap dan terintegrasi. Dassault Aviation, produsen Rafale tentu saja ingin melengkapi Rafale dengan rudal buatan Perancis, namun ada klausul lain yang membuat vendor harus mengintegrasikan rudal pilihan IAF.
Analis menilai, berlarut-larutnya penandatanganan kontrak Rafale ini kemungkinan berasal dari masalah senjata dari pihak ketiga (Rusia). "Tampaknya IAF menginginkan future upgrade terhadap Rafale. Namun hal ini bisa menjadi masalah utama yang akan membatalkan kontrak dengan Perancis," menurut Aviation News International.
Mengawinkan rudal Rusia dengan pesawat tempur Perancis bukanlah hal baru bagi Rusia. Pesawat tempur Mirage Angkatan Udara Irak (era Saddam) dipersenjatai dengan rudal udara-ke-permukaan Kh-29L Vympel, yang didesain untuk menyerang target berat di darat dan permukaan seperti kereta api besar, jembatan jalan raya, pesawat yang disembunyikan di penyimpanan beton bertulang dan kapal. Angkatan Udara Afrika Selatan juga mempersenjatai Mirage F1s-nya dengan rudal udara-ke-udara R-73 jarak pendek. Rudal ini merupakan rudal serbaguna yang juga sudah diuji coba India dengan pesawat tempur ringan buatannya "Tejas".
Fire Power Advantage
Sebenarnya, agar bisa bersaing di kompetisi ekspor, Rafale harus bisa menggunakan senjata buatan Rusia. Menurut Obsonov, Perancis tidak akan menolak permintaan IAF yang ingin menggunakan rudal Rusia seandainya hal itu memang akan menggolkan kesepakatan kontrak. "Mereka (Dassault) juga memiliki kepentingan dalam mengintegrasikan produk kami ke pesawat tempur Rafale," katanya.Namun, Obsonov menambahkan bahwa: "Pekerjaan ini tidak bisa diselesaikan dalam waktu dekat, tapi kami sedang dalam proses untuk menyelesaikannya."
India tentu saja akan sangat senang bila hal ini bisa diwujudkan Dassault Aviation dan TRV. Karena ini menyangkut stok rudal yang dimiliki India. India tidak memiliki stok rudal yang kompatibel dengan Rafale, selain rudal-udara-ke-udara MICA yang dibeli bersamaan pembelian pesawat tempur Mirage 2000.
Satu-satunya penghalang kemungkinan adalah masalah teknis, menurut Defence Industry Daily (DID), pekerjaan ini tidak akan murah. kecuali Dassault Aviation dan TRV mengembangkan Universal Weapon Interface untuk produk TRV, dan mungkin memodifikasi rudal yang sudah ada. Mengintegrasikan dan menguji hal itu akan memakan waktu dan biaya, ujar DID.
Dari segi kemampuan, senjata asli bawaan Rafale tentu saja bukan senjata buruk. DID menyebutkan bahwa kombinasi pemindaian inframerah dan sistem track dan rudal MICA buatan Perancis memungkinkan Rafale untuk dilengkapi dengan radar-guided missiles dengan target-pasif, tidak ada peringatan (warning) serangan pada pesawat musuh dari luar jangkauan visual/beyond visual range (BVR). Untuk saat ini, pesawat Rusia yang memiliki keunggulan seperti adalah Su-27/30 Flanker dan keluarganya, dan MiG-29s.
Dilema Rudal
Superioritas udara menjadi "raison d'etre" -alasan keberadaan- setiap angkatan udara di dunia. Rudal udara-ke-udara menjadi komponen penting dari pesawat tempur. Terlihat IAF meragukan rudal BVR Rafale, mereka menginginkan rudal udara-ke-udara yang terbaik.Hingga akhir tahun 1980-an, sebelum Flanker terbang ke langit, pesawat-pesawat Uni Soviet kalah unggul dari F-14, F-15 dan F-16 Amerika Serikat. Untuk mengatasinya, mereka mengembangkan rudal khusus untuk menjatuhkan pesawat-pesawat tempur seri F Amerika Serikat. Ditambah lagi dengan hadirnya Su-27 yang dilengkapi dengan rudal semacam ini. Inilah yang menjadikan alasan mengapa pesawat-pesawat tempur Rusia sekarang mampu melaksanakan misi-misi spektrum luas. IAF sendiri memahami dan mengadopsi strategi ini.
Rudal MICA Perancis tidak memiliki silsilah keturunan dengan rudal-rudal Rusia. Keduanya dari nenek moyang berbeda dan mengintegrasikannya akan membutuhkan waktu dan biaya. Sebab itu muncullah pertanyaan IAF: Akankah desakan untuk mengintegrasikan Rafale dengan rudal Rusia akan melambungkan harga? Atau apa konsekuensi bagi kemampuan udara IAF bila membeli rudal Perancis?
Sumber : Artileri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar