Selasa, 12 Agustus 2014

Rusia kirim 280 truk berisi bantuan kemanusiaan ke Ukraina



Rusia kirim 280 truk berisi bantuan kemanusiaan ke Ukraina
Warga lokal Gennady Pred dan cucunya Yevgeny duduk di dalam tenda usai meninggalkan apartemen dan pindah ke taman di tengah kota akibat serangan penembakan menurut mereka di Donetsk, wilayah timur Ukraina, Jumat (8/8). (ANTARA FOTO/REUTERS/Sergei Karpukhin/djo/14)
Moskow (ANTARA News) - Satu konvoi 280 truk Rusia yang mengangkut bantuan kemanusiaan untuk Ukraina diberangkatkan Selasa, di tengah-tengah peringatan Barat untuk tidak menggunakan bantuan itu sebagai dalih bagi satu invasi.

Dengan adanya laporan Ukraina bahwa Rusia telah mengerahkan 45.000 tentara di perbatasannya, NATO mengatakan ada "kemungkinan besar" Moskow akan melakukan campur tangan militer di wilayah timur Ukraina, di mana pasukan Kiev sedang terlibat baku tembak dengan kelompok separatis pro-Rusia.


Negara-negara Barat yakin Presiden Rusia Vladimir Putin - yang mengobarkan keinginan besar Rusia bagi kampanye media yang dikuasai negara sejak menganeksasi Krimea dari Ukraina Maret- kini dapat mengirim pasukannya ke wilayah timur untuk membantu pemberontak.

Kantor berita Itar Tass mengatakan konvoi itu diberangkatkan dari dekat Moskow yang akan tiba dalam dua hari di Ukraina timur, sekitar 1.000 km di barat daya.

"Itu telah disetujui dengan Ukraina," kata radio Business FM mengutip pernyataan juru bicara Vladimir Putin, Dmitry Peskov.

Ribuan orang diperkirakan kekurangan air, listrik dan bantuan obat akibat perang. Presiden Amerika Serikat Barack Obama mengatakan setiap intervensi Rusia tanpa persetujuan Kiev tidak dapat disetujui dan melanggar hukum internasional.

Presiden Komisi Eropa Jose Manuel Barroso, Senin, juga memperingatkan "terhadap aksi-aksi militer sepihak di Ukraina, dengan dalih apapun, termasuk kemanusiaan".

Rusia mengatakan bantuan itu akan diserahkan melalui Komite Palang Merah Internasional (ICRC).

ICRC, Senin, mengatakan pihaknya mengajukan satu dokumen kepada para pejabat Rusia dan Ukraina. Akan tetapi, badan independen itu mengatakan diperlukan persetujuan dari semua pihak serta jaminan keamanan untuk melancarkan operasi itu, karena tidak menggunakan pengawalan bersenjata.

"Rincian-rincian praktis dari operasi ini harus diklarifikasi sebelum inisiatif ini dapat dimulai," kata Laurent Corbazz, ketua operasi IRC bagi Eropa dan Asia Tengah,

Menurut badan-badan PBB, lebih dari 1.000 orang tewas termasuk pasukan pemerintah, pemberontak dan warga sipil dalam empat bulan sejak kelompok separatis merebut daerah di Ukraina timur dan Kiev melancarkan oprasi untuk mengusir pemberontak.

(Uu.H-RN)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar