(REUTERS/Gary Cameron)
Amerika Serikat akan memantau aktivitas di Laut China Selatan untuk memastikan apakah ada pergerakan yang menyebabkan ketidakstabilan keamanan di wilayah tersebut.
Seorang pejabat senior Departemen Luar Negeri Amerika Serikat mengungkapkan hal itu, Senin, 11 Agustus 2014, sehari setelah Beijing menolak tekanan Amerika untuk mengendalikan aksi-aksinya di perairan yang disengketakan tersebut.
Pejabat itu berbicara saat Menteri Luar Negeri Amerika John Kerry tiba di Sydney, Australia untuk bertemu dengan Menteri Pertahanan Chuck Hagel dan para pejabat Australia membahas peningkatan pertahanan dan kerja sama tentang keamanan dunia maya.
Sebuah proposal yang diajukan Amerika untuk menghentikan tindakan provokatif di Laut China Selatan direspons dingin oleh China dan beberapa negara Asia Tenggara pada pertemuan regional, akhir pekan lalu.
Pejabat Departemen Luar Negeri yang menolak disebutkan identitasnya itu, mengatakan bahwa Australia mendukung proposal Amerika tersebut diajukan pada pertemuan ASEAN di Myanmar. Proposal itu menyerukan dihentikannya tindakan provokatif di laut sengketa tersebut.
Ketegangan meningkat pada Mei ketika China memasang instalasi pengeboran minyak di perairan yang juga diklaim oleh Vietnam itu. Proposal dari AS bertujuan untuk mencegah hal serupa terjadi lagi. Selain itu, AS juga berniat mencegah upaya reklamasi daratan dan digunakannya pulau sengketa sebagai permukiman oleh China dan negara-negara pengklaim lainnya.
Kerry dan Menlu Australia Julie Bishop menghadiri pertemuan di Naypyitaw, Myanmar, sebelum melakukan perjalanan ke Australia. Mereka berencana menindaklanjuti pembicaraan di Myanmar, termasuk pada pertemuan mendatang di ASEAN dan China.
Bishop menjadi tuan rumah Konsultasi Australia-Amerika Serikat Menteri (AUSMIN) tahunan di Sydney. Pertemuan itu diharapkan mampu meningkatkan kerja sama pertahanan dan keamanan yang menjadi agenda bersama, termasuk soal dengan situasi di Irak dan Ukraina. Pembicaraan akan mencakup diskusi tentang kerja sama dalam pertahanan rudal balistik, keamanan dunia maya dan keamanan maritim.
"Ini adalah kesempatan bagi mereka untuk menyelaraskan kebijakan pertahanan sebagai sekutu dan untuk mengeksplorasi cara-cara memperluas kerja sama keamanan serta perencanaan strategis," kata pejabat tersebut.
Para menteri akan menandatangani kesepakatan yang dicapai antara Presiden AS Barack Obama dan Perdana Menteri Australia Tony Abbott soal pengiriman marinir AS ke Australia untuk latihan bersama, dan pelatihan di berbagai bidang, seperti penanggulangan bencana.
Sebanyak 1.150 marinir AS saat ini ditempatkan di Darwin, utara Australia, yang tropis. Pasukan marinir itu disiagakan untuk merespons konflik regional dan misi kemanusiaan, jumlahnya diperkirakan akan bertambah menjadi 2.500 pada 2017. (Telegraph/ita)
© VIVA.co.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar