(REUTERS/Yaser Al-Khodor)
Stasiun berita Channel News Asia,
Rabu 13 Agustus 2014 melansir kekhawatiran Irvine kian meningkat,
karena pesan berbahasa Inggris yang disampaikan warga Negeri Kanguru itu
turut disertai gambar yang menyeramkan. Irvine berpendapat, dengan cara
itu ISIS dapat menyampaikan pesan mereka secara global ke target
mereka.
"Suriah dan Irak tengah melakukan perang media sosial. Para ekstremis menggunakan media baru ini untuk menyebarluaskan pesan mereka. Lalu secara interaktif membuat mereka membawa sikap biadab itu kembali ke Australia. Tujuan mereka, sengaja membuat para pemuda Australia menjadi radikal," papar Irvine.
Komentar Irvine itu dilontarkan setelah pekan ini beredar luas foto seorang bocah asal Negeri Kanguru dan berusia tujuh tahun tengah menenteng kepala orang yang terpenggal di Suriah. Gambar mengerikan itu telah menyebar luas melalui Twitter dan terpampang di hampir halaman depan setiap media Australia dan di negara lainnya.
Semula, foto itu beredar di akun Twitter ayah bocah tersebut, Khaled Sharrouf. Dia merupakan warga Australia yang turut berjuang di Suriah pada tahun lalu dan bergabung menjadi anggota ISIS.
Di akun Twitter itu, Sharrouf turut mengunggah foto lainnya yang menunjukkan dia dan ketiga pemuda, diyakini sebagai putranya. Yang membuat kening berkerut, ketiga putranya memegang senjata di depan bendera ISIS.
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat John Kerry, saat berada di Negeri Kanguru, mengaku mual melihat foto bocah yang menenteng kepala orang. Melalui foto itu, dia kian menegaskan kebrutalan ISIS.
"Warga Australia lah yang telah melakukan hal ini. Warga Australia kini menjadi juru propaganda bahasa Inggris untuk menjerat pengikut lebih banyak lagi. Mereka dan predator radikal lainnya, terus menyasar individu-individu yang terasing, kerap menyendiri lalu membuat mereka menjadi radikal. Terlebih saat ini konflik di Suriah dan pusat Irak masih terus berlangsung," ujar Kerry.
Menurut informasi dari pejabat berwenang, sekitar 150 warga Australia kini turut berjuang bersama kelompok militan di luar negeri. Sebagian besar mereka berperang di Irak dan Suriah.
Tidak hanya Australia, warga dari negara lainnya turut berada di zona perang sehingga menimbulkan kekhawatiran bahwa mereka akan menebar teror di negara asalnya ketika kembali. Untuk menanggulangi masalah ini, Pemerintah AS dan Australia sepakat akan membawa masalah tersebut ke forum PBB. (ita)
"Suriah dan Irak tengah melakukan perang media sosial. Para ekstremis menggunakan media baru ini untuk menyebarluaskan pesan mereka. Lalu secara interaktif membuat mereka membawa sikap biadab itu kembali ke Australia. Tujuan mereka, sengaja membuat para pemuda Australia menjadi radikal," papar Irvine.
Komentar Irvine itu dilontarkan setelah pekan ini beredar luas foto seorang bocah asal Negeri Kanguru dan berusia tujuh tahun tengah menenteng kepala orang yang terpenggal di Suriah. Gambar mengerikan itu telah menyebar luas melalui Twitter dan terpampang di hampir halaman depan setiap media Australia dan di negara lainnya.
Semula, foto itu beredar di akun Twitter ayah bocah tersebut, Khaled Sharrouf. Dia merupakan warga Australia yang turut berjuang di Suriah pada tahun lalu dan bergabung menjadi anggota ISIS.
Di akun Twitter itu, Sharrouf turut mengunggah foto lainnya yang menunjukkan dia dan ketiga pemuda, diyakini sebagai putranya. Yang membuat kening berkerut, ketiga putranya memegang senjata di depan bendera ISIS.
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat John Kerry, saat berada di Negeri Kanguru, mengaku mual melihat foto bocah yang menenteng kepala orang. Melalui foto itu, dia kian menegaskan kebrutalan ISIS.
"Warga Australia lah yang telah melakukan hal ini. Warga Australia kini menjadi juru propaganda bahasa Inggris untuk menjerat pengikut lebih banyak lagi. Mereka dan predator radikal lainnya, terus menyasar individu-individu yang terasing, kerap menyendiri lalu membuat mereka menjadi radikal. Terlebih saat ini konflik di Suriah dan pusat Irak masih terus berlangsung," ujar Kerry.
Menurut informasi dari pejabat berwenang, sekitar 150 warga Australia kini turut berjuang bersama kelompok militan di luar negeri. Sebagian besar mereka berperang di Irak dan Suriah.
Tidak hanya Australia, warga dari negara lainnya turut berada di zona perang sehingga menimbulkan kekhawatiran bahwa mereka akan menebar teror di negara asalnya ketika kembali. Untuk menanggulangi masalah ini, Pemerintah AS dan Australia sepakat akan membawa masalah tersebut ke forum PBB. (ita)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar