Meski belum memastikan pembelian tersebut, namun pemerintah Rusia ternyata menyambut baik rencana pembelian tersebut. Bahkan berharap besar agar pesawat andalan negeri tersebut bisa menjadi salah satu kekuatan TNI AU dalam mengamankan wilayahnya dari serangan musuh.
Hubungan antara Indonesia dan Rusia sebenarnya sudah terjalin dengan baik, bahkan sejak masa Presiden Soekarno. Berkat ikatan persahabatan yang cukup erat, Indonesia sempat menjadi macan Asia berkat teknologi canggih yang dimilik TNI AU.
Setelah pengakuan kedaulatan dari Belanda, Indonesia mendapatkan hibah pesawat pembom modern dari Rusia. Pesawat ini merupakan satu-satunya yang dimiliki sebuah negara di kawasan Asia Tenggara saat itu.
Namun, kudeta terhadap pemerintah yang dilakukan Partai Komunis Indonesia (PKI) membuat hubungan Indonesia dan Uni Soviet memburuk. Bahkan, Presiden Soeharto saat itu lebih memilih produk barat, sedangkan pesawat canggih asal Rusia tidak lagi dipakai hingga benar-benar dipensiunkan dari tugasnya.
Kini, Indonesia telah menjajaki pembelian alutsista baru setelah sempat diembargo pemerintah AS sejak 1998 lalu. Hasilnya, Indonesia kini memiliki 2 jenis jet tempur yang menjadi andalan dalam mengamankan wilayah udaranya dari pesawat-pesawat asing yang masuk secara ilegal.
Seperti apa kekuatan jet tempur canggih yang pernah dibeli TNI AU dari Rusia? Berikut rangkumannya:
1.
4 Jet tempur MiG
Kedigjayaan udara sangat terasa ketika Indonesia resmi menerima
pengakuan kedaulatan dari Belanda. Uni Soviet yang saat itu menjadi
musuh negara-negara Barat, secara terang-terangan menghibahkan sejumlah
peralatan tempur modernnya kepada Indonesia.
Pesawat tempur yang
diterima bukan sembarangan, bahkan termasuk modern ketika itu. Tiga
pesawat yang diberikan secara cuma-cuma itu merupakan buatan
Mikoyan-Gurevich, yakni MiG-15, MiG-17, MiG-19 dan MiG-21.
Secara
spesifikasi, keempat pesawat ini tak memiliki kekuatan yang begitu
jauh. Apalagi, keempatnya merupakan hasil perbaikan dari versi
sebelumnya.
MiG-15 misalnya, pesawat ini memiliki panjang 10,07
meter dan lebar sayap 10,08 meter. Pesawat ini memiliki bobot kosong
3.630 kg dilengkapi mesin Klimov VK-1 sehingga mampu melesat dengan
kecepatan maksimal 1.059 km per jam, dan menempuh jarak hingga 1.240 km.
Pesawat ini pernah dipakai berlatih oleh militer Indonesia selama
persiapan Operasi Trikora untuk membebaskan Papua Barat dari tangan
Belanda. Pesawat ini tak lagi digunakan pada 1969 dan dipensiunkan
setahun berikutnya.
Lalu MiG-17 ini memiliki panjang 11,26 meter
dan lebar sayap 9,63 meter. Pesawat berbobot kosong 3.919 kg dan bobot
maksimal 5.350 kg ini dilengkapi mesin Klimov VK-1F. Kecepatan pesawat
mencapai 1.145 km per jam pada ketinggian 10.000 kaki dan melesat sampai
2.060 km.
Sedangkan MiG-19 sedikit lebih panjang, yakni 12,54
meter dengan lebar sayap mencapai 9 meter. Pesawat berbobot kosong 5.447
kg ini dilengkapi 2 mesin Tumansky RD-9B. Dengan mesin tersebut,
pesawat ini mampu melesat hingga 1.455 km per jam dan menempuh jarak
2.200 km dengan tangki tambahan.
Tak kalah dengan pendahulunya, MiG-21 memiliki panjang 14,5 meter dan
lebar sayap 7.154 meter ini memiliki bobot bersih 8.825 kg. Pesawat ini
dilengkapi sebuah mesin Tumansky R25-300 yang membuatnya melesat hingga
2.175 km per jam dengan jarak tempuh 1.210 km.
Dari ketiga pesawat, masih ada satu pesawat yang tak kalah
canggihnya, yakni Lavochkin La-11. Pesawat ini memiliki panjang lebih
kecil dibanding empat pesawat MiG yang diterima Indonesia, yakni 8,62
meter dan lebar sayap 9,80 meter. Pesawat ini memiliki bobot kosong
2.770 kg.
Pesawat ini dilengkapi mesin Shvetsov ASh-82FN yang dilengkapi
pendingin udara serta fuel injection. Kecepatan yang mampu dicapai
pesawat jenis hanya hanya 674 km per jam, namun bisa melesat hingga
2.235 km sejak lepas landas.
2.3 Jenis pesawat bomber tercanggih
Di era orde lama, Indonesia tak hanya mendapat pesawat tempur saja,
tapi juga pesawat jenis bomber canggih. Pesawat ini sudah menjalani
berbagai medan tempur, salah satunya saat menghadapi para pemberontak.
Ada
tiga jenis pesawat bomber yang diterima Indonesia, yakni Tupolev Tu-2,
Tu-16 dan Ilyushin Il-28. Dibanding Tu-16 dan Ilyushin Il-28, kemampuan
tempur Tu-2 sudah terlihat saat berlangsungnya perang dunia kedua.
Secara spesifikasi, Tu-2 yang memuat 4 orang kru ini dibuat pada
1941-1948. Pesawat berbobot kosong 7.601 kg ini dilengkapi 2 mesin
Shvetsov ASh-82 dengan kecepatan 528 km per jam.
Kemampuan menjelajah
pesawat ini hanya mampu mencapai 2.020 km. Namun, pesawat ini mampu
membawa bom seberat 9,000 kg.
Tu-16 ini memuat 7 orang kru mulai diperkenalkan pada 1954 dan
berhenti diproduksi tahun 1993. Pesawat berbobot kosong 37.200 kg ini
dilengkapi 2 mesin Mikulin AM-3 M-500 dan mampu melesat hingga 1.050 km
per jam, serta mampu menjelajah sampai 7.200 km.
3. 2 Jenis helikopter
Selain pesawat, Indonesia juga menerima sejumlah helikopter angkut
dari Uni Soviet. Ada dua jenis heli yang diterima TNI AU ketika itu,
yakni Mil Mi-4 dan Mi-6. Kedua heli ini merupakan kendaraan angkut
paling modern yang dimiliki Indonesia.
Pembuatan Mi-4 dilakukan
sebagai respon terhadap H-19 Chickasaw buatan AS yang dipakai selama
berlangsungnya Perang Korea. Heli yang dibuat pada 1951 sampai 1979 ini
pertama kali diperkenalkan kepada dunia saat berlangsungnya Soviet
Aviation Day yang digelar di Tushino.
Secara karakteristik, Mi-4 ini bisa membawa 16 orang tentara atau
mengantarkan kargo seberat 1.600 kg ke tempat tujuan. Untuk tenaganya,
heli ini dilengkapi sebuah mesin Shvetsov ASh-82V radial engine sehingga
mampu terbang dengan kecepatan 185 km per jam dan menempuh jarak sampai
500 km.
Berbeda dengan Mi-4, Mi-6 merupakan heli angkut berat.
Jika di era modern, maka heli ini setara dengan Eurocopter AS 332 Super
Puma milik TNI AU. Mi-6 diproduksi pada 1960 sampai 1981.
Pada eranya, heli ini dijuluki sebagai pesawat terbesar karena mampu
memuat kargo hingga 12.000 kg. Dengan 2 unit mesin jenis Soloviev D-25V
turboshaft heli ini memiliki kecepatan maksimal 300 km per jam hingga
membuatnya disebut-sebut heli tercepat di dunia. Karena ukurannya yang
besar, Mi-6 bisa menampung 90 penumpang atau 70 pasukan terjun payung.
4. Pesawat angkut personel
Tak kalah pentingnya, Indonesia juga mendapatkan dua jenis pesawat
angkut personel. Kedua pesawat itu adalah Antonov An-12 dan Ilyushin
Il-14.
Khusus Antonov An-12, pesawat yang diproduksi 1957 hingga
1973 tidak jauh berbeda dengan Lockheed C-130 Hercules buatan Amerika
Serikat. Namun, pesawat buatan Uni Soviet itu memiliki box pertahanan di
bagian ekornya.
An-12 ini mempekerjakan lima orang kru yang
terdiri dari 2 pilot, teknisi, navigator dan operator radio. Pesawat ini
mampu menampung hingga 60 orang penumpang, termasuk kendaraan tempur
jenis BMD-1.
Pesawat berbobot kosong 28.000 kg itu dilengkapi 4 unit mesin Ivchenko
AI-20L atau bisa juga dipasang mesin 4 mesin AI-20M turboprops.
Kecepatan maksimal pesawat ini mencapai 777 km per jam dan mampu
menempuh jarak hingga 5.700 km (full tank) atau 3.600 km jika seluruh
badan pesawat terisi penuh.
Sedangkan Ilyushin Il-14 ini hanya
dioperasikan empat orang kru dan mampu menampung hingga 32 orang
penumpang. Pesawat berbobot kosong 12.600 kg itu dilengkapi 2 unit mesin
Shvetsov ASh-82T 14 berpendingin udara berbentuk silinder.
Kecepatan maksimal pesawat ini mencapai 417 km per jam dan mampu menempuh jarak hingga 1.305 km.
5. 2 Jet tempur terbaru era modern
Setelah era reformasi bergulir, Indonesia mulai melirik Rusia untuk
membeli peralatan tempur canggih dari negara tersebut. Pembelian ini
dilakukan karena Indonesia tengah menjalani hukuman embargo yang
dilakukan pemerintah Amerika Serikat, alhasil alutsista yang dimiliki
TNI AU kebanyakan mulai usang, bahkan terpaksa dikanibal dengan pesawat
lainnya.
Pembelian pesawat ini berlangsung di era kepemimpinan
Presiden Megawati Soekarnoputri dengan sistem barter, Indonesia
menawarkan produk-produk lokalnya untuk melunasi harga Sukhoi yang
sangat tinggi. Cara ini dinilai lebih efektif, mengingat Indonesia
tengah memulihkan diri pasca krisis ekonomi sejak 1998 lalu.
Terdapat
dua jenis pesawat yang dibeli Indonesia, yakni Su-27 dan Su-30. Pesawat
ini dikenal oleh negara-negara Barat dengan nama Flanker-A.
Bicara
soal kemampuan, Su-27 terpasang radar jenis Phazotron N001 Myech yang
berelasi dengan Pulse-Doppler yang bisa mencari, mengunci hingga
menembak jatuh pesawat musuh. Jet tempur ini juga memiliki sistem OLS-27
yang mampu mendeteksi lawannya sejauh 100 km.
Secara spesifikasi, pesawat ini memiliki bobot kosong 16.380 kg. Sebagai
penggerak, terdapat 2 unit mesin Saturn/Lyulka AL-31F turbofans
ditambah tangki yang mampu memuat bahan bakar hingga 9.400 kg.
Kecepatan
maksimal yang dicapai pesawat ini mencapai 2.500 km per jam dan
menempuh jarak sampai 3.530 km. Terdapat 5 pesawat jenis Su-27SK/SKM
yang dimilik Indonesia saat ini.
Sedangkan Su-30 dilengkapi dua
mesin Saturn AL-31F afterburning yang membuatnya mampu melesat hingga
1.350 km per jam. Dengan kapasitas tangki sebesar 5.270 kg, pesawat ini
bisa menjalani 4,5 jam pertempuran udara dengan jarak tempuh 3.000 km.
TNI AU memiliki 11 jenis Su-30MK/MK2 yang mulai berdinas sejak September
2013 lalu.
Sumber : Merdeka
Pesawat tempur yang diterima bukan sembarangan, bahkan termasuk modern ketika itu. Tiga pesawat yang diberikan secara cuma-cuma itu merupakan buatan Mikoyan-Gurevich, yakni MiG-15, MiG-17, MiG-19 dan MiG-21.
Secara spesifikasi, keempat pesawat ini tak memiliki kekuatan yang begitu jauh. Apalagi, keempatnya merupakan hasil perbaikan dari versi sebelumnya.
MiG-15 misalnya, pesawat ini memiliki panjang 10,07 meter dan lebar sayap 10,08 meter. Pesawat ini memiliki bobot kosong 3.630 kg dilengkapi mesin Klimov VK-1 sehingga mampu melesat dengan kecepatan maksimal 1.059 km per jam, dan menempuh jarak hingga 1.240 km.
Lalu MiG-17 ini memiliki panjang 11,26 meter dan lebar sayap 9,63 meter. Pesawat berbobot kosong 3.919 kg dan bobot maksimal 5.350 kg ini dilengkapi mesin Klimov VK-1F. Kecepatan pesawat mencapai 1.145 km per jam pada ketinggian 10.000 kaki dan melesat sampai 2.060 km.
Sedangkan MiG-19 sedikit lebih panjang, yakni 12,54 meter dengan lebar sayap mencapai 9 meter. Pesawat berbobot kosong 5.447 kg ini dilengkapi 2 mesin Tumansky RD-9B. Dengan mesin tersebut, pesawat ini mampu melesat hingga 1.455 km per jam dan menempuh jarak 2.200 km dengan tangki tambahan.
2.3 Jenis pesawat bomber tercanggih
Di era orde lama, Indonesia tak hanya mendapat pesawat tempur saja, tapi juga pesawat jenis bomber canggih. Pesawat ini sudah menjalani berbagai medan tempur, salah satunya saat menghadapi para pemberontak.
Ada tiga jenis pesawat bomber yang diterima Indonesia, yakni Tupolev Tu-2, Tu-16 dan Ilyushin Il-28. Dibanding Tu-16 dan Ilyushin Il-28, kemampuan tempur Tu-2 sudah terlihat saat berlangsungnya perang dunia kedua.
Secara spesifikasi, Tu-2 yang memuat 4 orang kru ini dibuat pada 1941-1948. Pesawat berbobot kosong 7.601 kg ini dilengkapi 2 mesin Shvetsov ASh-82 dengan kecepatan 528 km per jam.
Kemampuan menjelajah pesawat ini hanya mampu mencapai 2.020 km. Namun, pesawat ini mampu membawa bom seberat 9,000 kg.
Tu-16 ini memuat 7 orang kru mulai diperkenalkan pada 1954 dan berhenti diproduksi tahun 1993. Pesawat berbobot kosong 37.200 kg ini dilengkapi 2 mesin Mikulin AM-3 M-500 dan mampu melesat hingga 1.050 km per jam, serta mampu menjelajah sampai 7.200 km.
3. 2 Jenis helikopter
Selain pesawat, Indonesia juga menerima sejumlah helikopter angkut
dari Uni Soviet. Ada dua jenis heli yang diterima TNI AU ketika itu,
yakni Mil Mi-4 dan Mi-6. Kedua heli ini merupakan kendaraan angkut
paling modern yang dimiliki Indonesia.
Pembuatan Mi-4 dilakukan
sebagai respon terhadap H-19 Chickasaw buatan AS yang dipakai selama
berlangsungnya Perang Korea. Heli yang dibuat pada 1951 sampai 1979 ini
pertama kali diperkenalkan kepada dunia saat berlangsungnya Soviet
Aviation Day yang digelar di Tushino.
Secara karakteristik, Mi-4 ini bisa membawa 16 orang tentara atau
mengantarkan kargo seberat 1.600 kg ke tempat tujuan. Untuk tenaganya,
heli ini dilengkapi sebuah mesin Shvetsov ASh-82V radial engine sehingga
mampu terbang dengan kecepatan 185 km per jam dan menempuh jarak sampai
500 km.
Berbeda dengan Mi-4, Mi-6 merupakan heli angkut berat.
Jika di era modern, maka heli ini setara dengan Eurocopter AS 332 Super
Puma milik TNI AU. Mi-6 diproduksi pada 1960 sampai 1981.
Pembuatan Mi-4 dilakukan sebagai respon terhadap H-19 Chickasaw buatan AS yang dipakai selama berlangsungnya Perang Korea. Heli yang dibuat pada 1951 sampai 1979 ini pertama kali diperkenalkan kepada dunia saat berlangsungnya Soviet Aviation Day yang digelar di Tushino.
Berbeda dengan Mi-4, Mi-6 merupakan heli angkut berat. Jika di era modern, maka heli ini setara dengan Eurocopter AS 332 Super Puma milik TNI AU. Mi-6 diproduksi pada 1960 sampai 1981.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar