Sabtu, 07 Februari 2015

Rusia Dorong PBB Keluarkan Resolusi Baru untuk Potong Aliran Dana ISIS

Rusia mendorong Persatuan Bangsa Bangsa untuk mengeluarkan resolusi baru sebagai upaya untuk memotong aliran dana kelompok teroris yang menamakan diri Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). Menurut Rusia, aliran dana itu bisa didapat ISIS dari penjualan minyak, perdagangan barang antik dan tebusan tahanan.


Militan ISIS melakukan parade di Raqqa, Suriah utara
Militan ISIS melakukan parade di Raqqa, Suriah utara

Dilansir dari AFP, Kamis (5/2/2015), usulan ini disampaikan perwakilan Rusia di PBB. Rusia mengusulkan agar resolusi bisa segera dibuat sebelum sidang Dewan Keamanan PBB pekan ini, menyusul kutukan yang dilancarkan 15 negara Dewan Keamanan PBB atas eksekusi yang dilakukan ISIS terhadap pilot Jordania, Maaz Maaz al-Kassasbeh.



"Kami sedang mempersiapkannya dan berharap ini akan segera diterapkan oleh Dewan Keamanan PBB dalam beberapa hari mendatang," kata juru bicara misi Rusia di PBB, Alexey Zaytsev.

Sebuah laporan yang dirilis oleh tim pemantau PBB terhadap aktivitas Al Qaeda telah merekomendasikan pengambilalihan pendapatan ISIS dengan menyita semua truk tanker minyak yang meninggalkan wilayah yang dikuasai ISIS. Laporan ini dirilis November kemarin.

Dalam laporan itu, ISIS diperkirakan mendapatkan dana dari penjualan minyak antara US$ 850 ribu hingga US$ 1,65 juta tiap harinya. Penjualan ini disinyalir bisa dilakukan ISIS melalui perantara swasta yang yang mengoperasikan armada truk itu melalui jalur penyelundupan.

Penjualan minyak itu saat ini disebut menurun akibat banyaknya kekalahan yang diderita ISIS.

"Kita tahu ada pasar untuk penjualan minyak ini, dan ini menjadi aspek yang kita harap bisa diperketat," ucap seorang diplomat Rusia di Dewan Keamanan PBB.

Diplomat itu menjelaskan langkah yang diusulkan Rusia sebagai "resolusi substansif". Cara ini diharapkan bisa menekan pembiayaan ISIS dalam operasi teror yang dilakukannya.

Pada Agustus lalu, Dewan Keamanan PBB telah mengadopsi resolusi yang mengancam akan memberikan sanksi terhadap negara yang melakukan transaksi dengan ISIS.

Pendekatan Rusia ini dianggap akan memberikan tekanan terhadap Turki. Sebab, selama ini,Turki dianggap sebagai titik transit besar dalam pengantaran minyak, dengan truk yang kerap kembali ke Irak atau Suriah dengan produk minyak olahan.

Selain itu, para ahli purbakala di PBB sebelumnya juga telah memperingatkan mengenai pencurian artefak dari situs arkeologi di wilayah yang dikuasai ISIS. Mereka telah mengajukan proposal untuk melarang perdagangan barang antik yang berasal dari Irak dan Suriah.

Terkait tebusan tawanan, Rusia masih melakukan sejumlah pembahasan. Salah satu bahasan utama adalah mengenai kesepakatan pendekatan yang digunakan dalam negosiasi. Selama ini, negosiasi dianggap percuma karena ISIS tidak pernah membebaskan tawanannya dan selalu berujung pada eksekusi mati.

Dalam praktiknya, sejumlah negara Eropa tidak melarang negosiasi dalam upaya pembebasan jika ada warga negaranya yang ditahan. (Kompas)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar