Mantan Menteri Pertahanan Inggris ini mengatakan dia kecewa pada lambatnya rekonsiliasi padahal keterkaitan ekonomi terus meningkat di wilayah Asia Pasifik.
Contoh dari Perang Dunia I menunjukkan bahwa hubungan ekonomi mempunyai jaminan untuk perdamaian regional, namun masih bisa terkoyak oleh persaingan strategis, kata Hammond. “Banyak pihak di dalam dan di luar Asia gugup karena ketegangan politik dan meningkatnya nasionalisme di Asia Timur,” kata Hammond.
Meskipun Inggris tidak mengambil posisi pada sengketa teritorial di Laut China Timur dan Selatan, dan masih menolak untuk memperkuat kekuatan di Asia, namun Hammond menyarankan agar sengketa teritorial diselesaikan sesuai dengan aturan internasional.
London memiliki saham penting terkait keamanan di Asia dengan perdagangan senilai 4,5 triliun dollar AS, yang melewati Laut Cina Selatan setiap tahunnya.
Hammond juga mengatakan Inggris tetap berkomitmen dengan pakta keamanan multilateral regional yang dikenal sebagai Kesepakatan Pertahanan Lima Negara yang ditandatangani dengan Australia, Malaysia, Selandia Baru dan Singapura pada tahun 1971.
“Itu berarti kita siap dan mampu untuk memobilisasi dukungan dari Asia-Pasifik kepada sekutu, teman, dan mitra,“ katanya.
Dia juga menyinggung keterlibatan Royal Navy dalam upaya bantuan di Filipina pasca bencana Topan Haiyan tahun 2013 dan pencarian Malaysia Airlines MH370.
Presiden Argentina Cristina Kirchner bertemu Presiden China Xi Jinping di Beijing, 4/02/2015 (Foto / CNS)
Perjanjian ini memungkinkan China menjual kapal perang, kendaraan lapis baja dan pesawat militer kepada Argentina. China juga akan membantu AL Argentina membangun armada korvet kelas Malvinas, yang dapat dianggap sebagai provokasi ke London, kata Global Times. Malvinas adalah nama yang diberikan Argentina untuk Kepulauan Falkland, wilayah luar negeri Inggris di Atlantik Selatan yang diserang oleh Argentina pada tahun 1982. (WantChinaTimes)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar