Rusia telah memutuskan akan melindungi fasilitas nuklirnya sendiri tanpa bantuan Amerika Serikat.
Namun, Moskow masih bersedia untuk melanjutkan kerja sama dengan
Washington untuk mengontrol keamanan penggunaan nuklir di dunia.
Berdasarkan keterangan Badan Nuklir Rusia Rosatom, sebelumnya Amerika
Serikat sudah lebih dulu tidak mengacuhkan kerja sama mereka di bidang
nuklir.
Harian The Boston Globe melaporkan bahwa Rusia telah memutuskan tak mau lagi menerima bantuan dari AS untuk melindungi fasilitas nuklirnya. Hal tersebut juga sudah disampaikan secara resmi pada Washington.
Sebelumnya, pada Maret 2014, Kementerian Luar Negeri AS menyatakan bahwa mereka hendak membatasi kerja sama nuklir dengan Rusia.
Namun, Badan Nuklir Rusia Rosatom menyebutkan Rusia dan AS akan tetap melanjutkan kerja sama untuk mengawasi penggunaan nuklir secara global. “Rusia dan AS memiliki tanggung jawab khusus untuk memastikan keamanan dan keselamatan penggunaan material nuklir, menjamin perlindungan yang mumpuni, dan melindungi agar fasilitas nuklir ini tak sampai ke tangan organisasi teroris,” terang Rosatom melalui pernyataan resmi yang dirilis pada Kamis (22/1).
Kerja Sama yang Tak Setara
“Pada tahun 1990-an, Rusia tengah dilanda krisis ekonomi dan merasa kesulitan mengelola penggunaan material nuklir. Hal tersebut mengundang perhatian AS,” kenang Kepala Peneliti di Center for Arms Control, Energy, and Environmental Studies Anatoly Dyakov.
Program Kerja Sama Pengurangan Ancaman Nuklir Nunn-Lugar kemudian diadopsi pada 1992. Salah satu tujuan program tersebut adalah meningkatkan sistem perlindungan dan keamanan penggunaan material nuklir yang dibiayai oleh AS dan Rusia. Hasilnya, fasilitas nuklir Rusia menerima perlengkapan baru, dan sistem kontrol serta akuntansi penggunaan nuklir tersebut juga ditingkatkan secara signifikan.
Dengan membantu perlindungan fasilitas nuklir Rusia secara finansial, AS berhak melakukan inspeksi dan mengawasi penggunaan dana yang telah mereka alokasikan. Sementara, Moskow tak memiliki akses yang sama terhadap fasilitas nuklir AS. Hal itulah yang paling dipermasalahkan oleh Kremlin dan membuat Moskow merasa kerja sama tersebut bersifat tak setara.
Sebagian besar pekerjaan yang tercantum pada Program Nunn-Lugar telah selesai pada 2013. Kini, program tersebut akan digantikan oleh ‘kerangka kerja sama bilateral untuk mengurangi ancaman nuklir’ yang baru.
Menurut Dakov, selama ini Moskow sudah menerapkan sistem perlindungan fasilitas nuklir mereka sendiri secara independen, menggunakan dana milik Rusia.
Rusia sempat mengajukan tawaran untuk mengubah kerja sama ke ranah ilmiah dan tertarik untuk mengunjungi fasilitas nuklir AS, namun AS menolak tawaran tersebut.
Terkait Konflik Ukraina
Para ahli menilai terpuruknya hubungan Rusia dan AS akibat krisis Ukraina bukan alasan utama yang menyebabkan pemutusan hubungan kerja sama di bidang nuklir. Sanksi yang diberikan Barat pada Rusia membuat Moskow tergerak untuk mempercepat penerapan sistem perlindungan mandiri pada fasilitas nuklirnya, tanpa mengandalkan bantuan keuangan dari AS.
Pada Nuclear Security Summit 2010, Rusia menegaskan bahwa tiap negara harus bertanggung jawab atas keamanan penggunaan material nuklir mereka masing-masing.
AS sendiri telah membatasi beberapa kerja sama teknis dan ilmiah mereka dengan Rusia mulai 2014, khususnya di bidang nuklir, sejak terjadi konflik di Ukraina. Hal itu berdampak terhadap beberapa proyek penting, salah satunya program kerja sama Rusia-AS untuk mengekspor energi nuklir ke negara lain.
Dyakov menekankan, jika Washington masih tertarik untuk melanjutkan kerja sama dengan Kremlin di bidang keamanan nuklir, kerangka kerja sama tersebut harus dibuat setara.
Sementara para ahli berpendapat, Kremlin dan Gedung Putih akan segera menemukan bentuk kerja sama baru di bidang keamanan nuklir, dan pengalaman yang mereka miliki mungkin akan berguna untuk masa depan. (RBTH)
Harian The Boston Globe melaporkan bahwa Rusia telah memutuskan tak mau lagi menerima bantuan dari AS untuk melindungi fasilitas nuklirnya. Hal tersebut juga sudah disampaikan secara resmi pada Washington.
Sebelumnya, pada Maret 2014, Kementerian Luar Negeri AS menyatakan bahwa mereka hendak membatasi kerja sama nuklir dengan Rusia.
Namun, Badan Nuklir Rusia Rosatom menyebutkan Rusia dan AS akan tetap melanjutkan kerja sama untuk mengawasi penggunaan nuklir secara global. “Rusia dan AS memiliki tanggung jawab khusus untuk memastikan keamanan dan keselamatan penggunaan material nuklir, menjamin perlindungan yang mumpuni, dan melindungi agar fasilitas nuklir ini tak sampai ke tangan organisasi teroris,” terang Rosatom melalui pernyataan resmi yang dirilis pada Kamis (22/1).
Kerja Sama yang Tak Setara
“Pada tahun 1990-an, Rusia tengah dilanda krisis ekonomi dan merasa kesulitan mengelola penggunaan material nuklir. Hal tersebut mengundang perhatian AS,” kenang Kepala Peneliti di Center for Arms Control, Energy, and Environmental Studies Anatoly Dyakov.
Program Kerja Sama Pengurangan Ancaman Nuklir Nunn-Lugar kemudian diadopsi pada 1992. Salah satu tujuan program tersebut adalah meningkatkan sistem perlindungan dan keamanan penggunaan material nuklir yang dibiayai oleh AS dan Rusia. Hasilnya, fasilitas nuklir Rusia menerima perlengkapan baru, dan sistem kontrol serta akuntansi penggunaan nuklir tersebut juga ditingkatkan secara signifikan.
Dengan membantu perlindungan fasilitas nuklir Rusia secara finansial, AS berhak melakukan inspeksi dan mengawasi penggunaan dana yang telah mereka alokasikan. Sementara, Moskow tak memiliki akses yang sama terhadap fasilitas nuklir AS. Hal itulah yang paling dipermasalahkan oleh Kremlin dan membuat Moskow merasa kerja sama tersebut bersifat tak setara.
Sebagian besar pekerjaan yang tercantum pada Program Nunn-Lugar telah selesai pada 2013. Kini, program tersebut akan digantikan oleh ‘kerangka kerja sama bilateral untuk mengurangi ancaman nuklir’ yang baru.
Menurut Dakov, selama ini Moskow sudah menerapkan sistem perlindungan fasilitas nuklir mereka sendiri secara independen, menggunakan dana milik Rusia.
Rusia sempat mengajukan tawaran untuk mengubah kerja sama ke ranah ilmiah dan tertarik untuk mengunjungi fasilitas nuklir AS, namun AS menolak tawaran tersebut.
Terkait Konflik Ukraina
Para ahli menilai terpuruknya hubungan Rusia dan AS akibat krisis Ukraina bukan alasan utama yang menyebabkan pemutusan hubungan kerja sama di bidang nuklir. Sanksi yang diberikan Barat pada Rusia membuat Moskow tergerak untuk mempercepat penerapan sistem perlindungan mandiri pada fasilitas nuklirnya, tanpa mengandalkan bantuan keuangan dari AS.
Pada Nuclear Security Summit 2010, Rusia menegaskan bahwa tiap negara harus bertanggung jawab atas keamanan penggunaan material nuklir mereka masing-masing.
AS sendiri telah membatasi beberapa kerja sama teknis dan ilmiah mereka dengan Rusia mulai 2014, khususnya di bidang nuklir, sejak terjadi konflik di Ukraina. Hal itu berdampak terhadap beberapa proyek penting, salah satunya program kerja sama Rusia-AS untuk mengekspor energi nuklir ke negara lain.
Dyakov menekankan, jika Washington masih tertarik untuk melanjutkan kerja sama dengan Kremlin di bidang keamanan nuklir, kerangka kerja sama tersebut harus dibuat setara.
Sementara para ahli berpendapat, Kremlin dan Gedung Putih akan segera menemukan bentuk kerja sama baru di bidang keamanan nuklir, dan pengalaman yang mereka miliki mungkin akan berguna untuk masa depan. (RBTH)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar