Rusia tidak lagi memiliki sistem peringatan dini untuk mendeteksi rudal
balistik yang datang dari luar angkasa akibat satelit yang selama ini
menjaga Rusia tidak lagi berfungsi dan ditundanya peluncuran satelit
sistem peringatan ini "Tundra".
Menurut surat kabar Kommersant Rusia, sistem satelit Tundra akan diluncurkan untuk menggantikan satelit-satelit tua yang diluncurkan dalam program Oko (Eye). Satelit Oko yang pertama diluncurkan pada tahun 1972 dan beberapa satelit yang masih aktif belakangan usianya telah melebihi 5-7 tahun dari usia hidupnya. Sistem satelit Oko telah banyak mengalami masalah teknis dan pada bulan Januari tahun ini dua satelit yang terakhir, yang hanya mampu beroperasi selama beberapa jam sehari, akhirnya mati total.
Satelit Tundra, dirancang untuk mampu melacak rudal taktis dan balistik, dan untuk menggantikan sistem satelit Oko yang sudah mati. Satelit Tundra pertama kali akan diluncurkan pada tahun 2013 lalu, namun ditunda akibat masalah teknis yang tidak diungkapkan. Akhirnya peluncuran Tundra direncanakan kembali pada tahun 2014, namun kembali gagal. Sekarang satelit ini rencananya baru akan diluncurkan sekitar bulan Juni tahun ini, menurut harian Kommersant.
Kehilangan satelit geostasioner menjadikan sistem peringatan dini Rusia berada dalam risiko dalam menghadapi peluncuran rudal balistik. Sumber di Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan bahwa hilangnya kemampuan tersebut masih dapat dikompensasi oleh sistem radar di darat yang terletak di beberapa wilayah Rusia, seperti, Kaliningrad, Leningrad, Irkutsk, dan Krasnodar.
Namun, pihak militer Rusia tidak mengonfirmasi seberapa efektif radar-radar darat tersebut dalam melacak peluncuran rudal balistik.
Pada bulan September tahun 2014 lalu, Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu menyinggung soal sistem satelit Tundra (Unified Space System Tundra) sebagai kunci utama dari pencegahan terhadap nuklir. Penundaan peluncuran Tundra yang telah terjadi beberapa kali ini dapat membuat malu pemerintah Rusia yang telah berjanji untuk meningkatkan pertahanan dan industri high-tech di Rusia.
Menurut surat kabar Kommersant Rusia, sistem satelit Tundra akan diluncurkan untuk menggantikan satelit-satelit tua yang diluncurkan dalam program Oko (Eye). Satelit Oko yang pertama diluncurkan pada tahun 1972 dan beberapa satelit yang masih aktif belakangan usianya telah melebihi 5-7 tahun dari usia hidupnya. Sistem satelit Oko telah banyak mengalami masalah teknis dan pada bulan Januari tahun ini dua satelit yang terakhir, yang hanya mampu beroperasi selama beberapa jam sehari, akhirnya mati total.
Satelit Tundra, dirancang untuk mampu melacak rudal taktis dan balistik, dan untuk menggantikan sistem satelit Oko yang sudah mati. Satelit Tundra pertama kali akan diluncurkan pada tahun 2013 lalu, namun ditunda akibat masalah teknis yang tidak diungkapkan. Akhirnya peluncuran Tundra direncanakan kembali pada tahun 2014, namun kembali gagal. Sekarang satelit ini rencananya baru akan diluncurkan sekitar bulan Juni tahun ini, menurut harian Kommersant.
Kehilangan satelit geostasioner menjadikan sistem peringatan dini Rusia berada dalam risiko dalam menghadapi peluncuran rudal balistik. Sumber di Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan bahwa hilangnya kemampuan tersebut masih dapat dikompensasi oleh sistem radar di darat yang terletak di beberapa wilayah Rusia, seperti, Kaliningrad, Leningrad, Irkutsk, dan Krasnodar.
Namun, pihak militer Rusia tidak mengonfirmasi seberapa efektif radar-radar darat tersebut dalam melacak peluncuran rudal balistik.
Pada bulan September tahun 2014 lalu, Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu menyinggung soal sistem satelit Tundra (Unified Space System Tundra) sebagai kunci utama dari pencegahan terhadap nuklir. Penundaan peluncuran Tundra yang telah terjadi beberapa kali ini dapat membuat malu pemerintah Rusia yang telah berjanji untuk meningkatkan pertahanan dan industri high-tech di Rusia.
artileri.org
Tidak ada komentar:
Posting Komentar