Hubungan pertemanan Indonesia Australia sebenarnya
baik-baik aja tuh. Semua berjalan sesuai
kesetaraan bertetangga yang memang sudah menjadi takdir sejarah bagi kedua
negara. Tetapi ternyata penyebab panas dinginnya silaturrahim selama dua tahun
terakhir ini berasal dari sebuah virus yang teridentifikasi bernama “asam amino
abbott laknat”. Ya virus itulah yang menyebabkan pola hubungan bertetangga RI
Australia terkontaminasi keruh.
Ketika hubungan memanas akibat skandal “kamu ketahuan
menyadap” si Abbott angkuh banget dan tak merasa bersalah apalagi boro-boro
minta maaf. Sampai akhirnya RI menarik
Dubesnya dari Canberra dan memaksa Australia untuk mematuhi kode etik
bertetangga, tak jua si Abbott berwajah teduh melainkan menampilkan gaya
Cowboy. Ketika SBY mengakhiri pemerintahannya hubungan diplomatik RI Australia
membaik dengan catatan si Abbott tak pernah mau meminta maaf.
Presiden Jokowi dan PM Abbott |
Ketika skandal sadap itu menjadi demam, sesungguhnya
hubungan militer kedua negara tetap akrab. Seperti kita ketahui Australia
memberikan 4 Hercules dengan status hibah berbayar dan menjual 5 Hercules secondnya
dengan harga diskon. Hibah berbayar itu maksudnya meski dikasih gratis tetapi
perlu ongkos retrofit sebelum dikirim ke Jakarta.
Dari 9 Hercules ini sudah datang sebanyak 4 unit dan nantinya akan membentuk skuadron angkut berat yang bermarkas di Makassar. Kerjasama yang lain adalah dalam bentuk pelatihan militer dan pemberian Bushmaster untuk Kopassus.
Dari 9 Hercules ini sudah datang sebanyak 4 unit dan nantinya akan membentuk skuadron angkut berat yang bermarkas di Makassar. Kerjasama yang lain adalah dalam bentuk pelatihan militer dan pemberian Bushmaster untuk Kopassus.
Untuk sebuah persoalan hukum yang sudah terang benderang
dengan akan dieksekusinya 2 Napi narkoba kelas berat “Bali Nine”, gaya
penyampaian Abbott sangat tidak elok didengar ketika berupaya mendikte,
mengungkit lalu mengancam dengan bahasa vulgar.
Sekali lagi bahasa vulgar bukan bahasa diplomatik apalagi bahasa rayuan
untuk menyelamatkan 2 warga negaranya di depan regu tembak Nusakambangan. Yang paling menyesakkan adalah ketika dia
merasa menjadi pahlawan atas musibah akbar Tsunami Aceh tahun 2004. Menjadi sangat tidak pantas bantuan yang
sudah menjadi segudang pahala besar bagi Australia lalu diminta untuk “dibayar”
dengan transaksi 2 Bali Nine.
Menggambarkan Abbott seperti menggambarkan sosok yang tak
memahami pola bertetangga yang elegan. Dia lebih banyak mengedepankan emosi jiwa,
karakter superior daripada santun berbahasa. Sebenarnya saat ini posisi jabatan
PMnya berada diujung tanduk, mengalami titik terendah selama dia menjabat dan
terancam diberhentikan. Boleh jadi kasus
Bali Nine itu dijadikan komoditi politik domestik untuk menaikkan pencitraannya. Tetapi karena kebanyakan cangkem malah dia
dikritik habis di dalam negerinya sendiri.
Sekedar mengingatkan hubungan Indonesia dan Australia
atau dengan negara manapun dibangun dan dikembangkan dengan prinsip
kesetaraan. Maknanya adalah jangan
coba-coba mencampuri urusan dalam negeri dan rumah tangga RI. Ekseskusi mati 2 Bali Nine itu sudah melalui
tahapan yang jelas dan terang benderang sampai Presiden Joko Widodo menolak
memberikan grasi. Lha kok ente merasa
keberatan dan main ancam untuk boikot dan ungkit tsunami. Benar-benar sampeyan
itu tak memahami tata krama bertetangga.
Satu dari sembilan Hercules Australia untuk RI |
Indonesia akan berjalan terus menapaki jalan cita-cita
dan harapannya menuju negara kesejahteraan yang bermartabat. Pembangunan
ekonomi diiringi dengan pembangunan kekuatan militer sedang giat dilaksanakan. Kedua hal ini diyakini sebagai kekuatan
seiring sejalan, seia sekata yang mampu membawa nilai-nilai kebanggaan sebagai
bangsa besar yang berbudaya. Ya kita membangun bangsa yang berkebudayaan yang
mampu menjaga hubungan pertemanan dengan negara lain, saling menghormati, tidak
suka mendikte. Itulah salah satu ciri
budaya timur. Beda dengan si Abbott yang
merasa barat tapi lahir dan tinggal di lingkungan timur yang memiliki sopan
santun. Jadilah dia seperti Tarzan.
Rakyat Australia sepanjang yang kita ketahui sesungguhnya
memahami dan mengagumi kultur Indonesia.
Mereka bahkan bisa menyesuaikan dalam kondisi tertentu untuk menjalani
pola hidup negeri nusantara ini sebagaimana sering kita lihat di berbagai kota
di Indonesia. Rakyat Australia memahami
bahwa kultur barat yang menjadi darah dagingnya tidak untuk dibenturkan
melainkan disinergikan dengan kultur timur yang dimanifestasikan dengan
Indonesia.
Maka ketika gaya angkuh pemerintahan si Abbott
mengeluarkan statemen obral dan merasa sebagai pemimpin superior agar Indonesia
tidak jadi mengeksekusi 2 warganya yang terkena kasus narkoba, kemudian
mengancam untuk boikot Bali, ungkit tsunami Aceh, akhirnya kita merasa jijik
dan mau muntah. Kita merasa heran kok ya
bisa orang nomor satu di negeri Kanguru itu tidak menampilkan kualitas persepsi
dan perspektif intelektual. Maka pantas juga omongannya di respons dengan gaya
omongan di Lapo Tuak : macam mananya kau, pake-pake maen ancam, emang siapa
kau. Kalau aku mau tembak warga kau, suka-suka akulah.
Bandingkan dengan gaya anggun Menteri Retno yang mungil
itu, gaya penyampaian bahasanya yang tegas, sistematis,berwibawa, tidak emosi
dan berkelas ketika merespons statemen si Abbott. Demikian juga gaya lugas Panglima TNI
Jenderal Moeldoko yang langsung menyiapkan sejumlah alat tempur berupa pasukan
khusus dan sejumlah KRI di Nusakambangan.
Perkataan dan gaya kedua pejabat kebanggaan RI itu jika disatukan
maknanya adalah: anda jual kami beli, kalau mau tetap bersahabat, pelihara
cangkemmu Abbott.
****
Jagarin Pane / 21 Feb 2015 / http://analisisalutsista.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar