"Dengan AMRAAM-ER, Raytheon mengubah wajah sistem pertahanan udara berbasis darat. Rudal baru akan lebih cepat dan lebih lincah daripada AMRAAM saat ini," kata Mike Jarret, Wakil Presiden Raytheon untuk Air Warfare Systems. "Dengan memanfaatkan banyak komponen AMRAAM, Raytheon dapat mengembangkan AMRAAM-ER dengan lebih cepat dan (harga) terjangkau dengan risiko yang sangat rendah."
Raytheon akan mengintegrasikan AMRAAM-ER ke dalam peluncur sistem pertahanan udara NASAMS dan akan menguji tembaknya sebelum akhir tahun.
NASAMS (Norwegian Advanced Surface to Air Missile System) adalah sistem pertahanan udara jarak menengah yang dikembangkan oleh Raytheon Company bersama dengan perusahaan Norwegia Kongsberg Defence & Aerospace. Dalam kemitraannya, kedua perusahaan ini telah mengirimkan lebih dari 70 unit NASAMS untuk tujuh negara.
NASAMS menjadi sistem pertahanan udara jarak pendek dan menengah yang paling banyak digunakan NATO. Mampu dengan cepat mengidentifikasi, terlibat dan menghancurkan pesawat musuh, kendaraan udara tak berawak, dan ancaman rudal jelajah pada jarak 180 kilometer lebih.
"Dikombinasikan dengan peluncur NASAMS, AMRAAM-ER akan memberikan perlindungan yang lebih kepada pengguna," kata Ralph Acaba, Wakil Presiden dari Integrated Air and Missile Defense di Raytheon's Integrated Defense Systems. "NASAMS adalah salah satu sistem (pertahanan udara) yang paling mudah dioperasikan dan dirawat di dunia."
Telah digunakan oleh Norwegia untuk lebih dari satu dekade, NASAMS juga telah dikerahkan AS di wilayahnya, di Spanyol, Finlandia, Belanda dan negara lain yang dirahasiakan. NASAMS juga telah diproduksi untuk Oman berdasarkan pesanan yang diterima tahun lalu.
AMRAAM selama ini lebih dikenal sebagai rudal udara ke udara, namun sebenarnya juga ada varian untuk diluncurkan dari darat, seperti pada NASAMS. AMRAAM selama ini terintegrasi pada pesawat tempur F-15, F-16, F/A-18, F-22, Typhoon, Gripen, Tornado, Harrier, F-4 dan F-35 Joint Strike Fighter.Raytheon
Tidak ada komentar:
Posting Komentar