Pasalnya, masa pendidikan dan latihan yang dijalani pasukan Raider lebih berat ketimbang pasukan khusus AS.
"Amerika bingung, ini latihan apa. Mereka (AS) latihan 2,5 bulan. Dulu saya latihan enam bulan, (pasukan Raider) tiga bulan saya tambah lagi.
Tentara itu latihan, latihan, latihan terus," kata Ryamizard ketika berkunjung ke Markas Batalyon Infantri 303/Raider Setia Sampai Mati, Garut, Jumat (12/6) petang WIB.
Batalyon Raider dibentuk pada 22 Desember 2003 ketika Ryamizard menjadi kepala staf Angkatan Darat (KSAD). Sebagai kekuatan penindak, satu batalyon raider ketika diterjunkan ke medan peperangan setara dengan tiga batalyon infanteri biasa.
Menurut Ryamizard, pasukan Raider harus terus menjaga motivasi tempur demi menjaga marwah sebagai pasukan khusus. "Tanpa semangat, itu seperti orang mati. Semangat menggebu-gebu itu melebihi alutsista," ujar Ryamizard.
Hanya, ia berpesan, agar latihan yang dijalani pasukan Raider perlu mendapat tambahan lagi. Misalnya, saran dia, pasukan Raider bisa bertahan di hutan dengan memakan ular cobra berbisa.
Menurut mantan panglima Kostrad tersebut, latihan tambahan itu penting dilakukan demi menjaga kualifikasi pasukan khusus agar memiliki keunggulan dibandingkan militer negara lain.
Ryamizard pun menyebut, pasukan khusus Jepang ketika menjalani Perang Dunia ke-II melawan Barat, yang mengedepankan semangat membela negaranya dengan penuh ketulusan hati.
"Saya terobsesi tentara Jepang saat Perang Dunia ke-II. Lebih baik mati daripada kalah perang. Yang baik apa pun dari negara lain kita contoh. Tak baik dari negara kita pun, tak perlu kita contoh," katanya.
Dia melanjutkan, pantang menyerah orang Jepang harus ditiru. Kehebatan tersebut sangat layak diterapkan oleh prajurit Raider. "Kalau boleh, Raider ini harus harakiri saja. Sanggup?" Seratusan prajurit Raider kompak menjawab, "Sanggup."
Sumber : RMOL
Tidak ada komentar:
Posting Komentar