Surabaya – Skuadron Udara 100 TNI AL yang berintikan
helikopter anti kapal selam yang pernah begitu ditakuti lawan pada
dasawarsa ’60-an, akan dihidupkan kembali. Skadron 100 ini akan menjadi
tulang punggung kekuatan TNI AL dalam operasi di laut.
Kepala Staf TNI AL, Laksamana TNI Ade Supandi, di Surabaya, Rabu
17/06/2015 menyatakan, “Langkah awal menghidupkan kembali Skadron 100
yang sempat dimiliki TNI pada ’60-an itu dengan 11 unit helikopter yang
akan diterima secara bertahap pada tahun ini.”
Pada dasawarsa ’70-an, skadron helikopter TNI AL pernah diperkuat jajaran helikopter WASP buatan Inggris.
Walau sama-sama memakai helikopter, namun skadron helikopter TNI AL
dan TNI AU memiliki beberapa perbedaan doktrin dan misi operasi.
Salah satunya adalah manuver pendaratan dan lepas landas dari geladak
pendaratan (helipad) di kapal perang yang bergerak alias berlayar di
laut pada berbagai skenario cuaca, misi, dan persenjataan.
Ini satu kemahiran utama yang sangat dipersyaratkan bagi
penerbang-penerbang helikopter TNI AL, yang tidak diperlukan bagi
penerbang helikopter di skadron udara TNI AU.
Dia ada di Surabaya untuk menerima brevet penerbang dari Pusat
Penerbangan TNI AL dan diangkat menjadi warga kehormatan satuan itu oleh
Komandan Pusat Penerbangan TNI AL, Laksamana Pertama TNI Sigit
Setiyanta.
Penyematan brevet itu puncak rangkaian HUT Ke-59 Pusat Penerbangan
TNI AL (1956-2015). Ritual pemberian brevet diawali dengan penerbangan
Supandi dalam helikopter Bell-412 bernomor registrasi HU-420, yang
dipiloti Mayor Pelaut Triwibowo.
Penerbangan kehormatan itu selama 28 menit di ketinggian 500 meter
dari permukaan laut. Saat mendarat, dua helikopter latih Bonanza
mendampingi. Setelah mendarat, barulah Setiyanta menyematkan brevet itu
di dada kanan seragam Supandi.
“Ke-11 helikopter itu penting, karena Skuadron 100 itu sempat dilebur
dengan skuadron lain karena tidak memiliki pesawat. Kami ingin memiliki
kekuatan tempur yang lengkap dengan Sistem Senjata Armada Terpadu
(SSAT),” kata Supandi.
SSAT dalam doktrin peperangan TNI AL memiliki empat komponen, yakni
kapal perang, pesawat udara, pasukan pendarat/pendudukan (Korps Marinir
TNI AL), dan pangkalan. “Dengan menjadi warga kehormatan, saya memiliki
kewajiban untuk memberi perhatian kepada Pusat Penerbangan TNI AL,”
katanya.
“Selain membangun kekuatan, kami juga berencana melakukan validasi
organisasi baru yang sudah disetujui pemerintah adalah pembentukan
Komando Armada Indonesia yang berpusat di Surabaya,” katanya.
Koarmada Armada Indonesia di Surabaya itu membawahkan tiga komando,
yaitu Komando Armada Indonesia Kawasan Barat TNI AL, Komando Armada
Indonesia Kawasan Tengah TNI AL, dan Komando Armada Indonesia Kawasan
Timur TNI AL.
“Komando Armada Indonesia juga akan membawahkan 14 pangkalan utama
TNI AL dan tiga pasukan Marinir TNI AL,” katanya. Sejauh ini ada 11
pangkalan utama TNI AL yang akan ditambah Pangkalan Utama TNI AL
Pontianak, Pangkalan Utama TNI AL Tarakan, dan Pangkalan Utama TNI AL
Sorong.
Khusus Pangkalan Utama TNI AL Tarakan, dinilai sangat penting karena
menjadi titik fokus pengamanan perairan Blok Ambalat, yang pernah
diributkan Malaysia sebagai milik sah mereka.
Semua satuan itu dipimpin seorang laksamana pertama TNI AL.
AntaraNews.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar