Rabu, 12 November 2014

ANALISA : Binasa Akibat ZIna



 
“Janganlah kau dekati ZINA…”
Tulisan: Pustikencana

Sudah lebih dari satu dasawarsa kita tentunya menyaksikan perkembangan politik dan konflik dunia mulai dari Perang Afghanistan, Perang Irak, Konflik Nuklir Iran, Konflik Tunisia, Konflik Mesir, Konflik Libya, Konflik Suriah, Konflik Ukraina dsb.
Apa sebenarnya yang menjadi sebab terjadinya peristiwa-peristiwa tersebut? Adakah keterkaitan satu sama lain? Mari kita telusuri satu-persatu latar belakang dari Invasi Pendudukan Irak, Konflik Libya dan Konflik Nuklir Iran, yang akan membantu memberikan gambaran secara menyeluruh terhadap seluruh konflik dunia yang telah dan sedang terjadi.
Korban ZINA Pertama: IRAK
Sebelum terjadinya Invasi Pendudukan Irak atau dengan istilah NATO disebut Operasi Pembebasan Irak yang berlangsung sejak 18 Maret 2003 hingga 15 Desember 2011, beberapa peristiwa dan kebijakan politik Irak mungkin telah mengusik kepentingan kelompok tertentu hingga memicu terjadinya perang tersebut.

November 2000, Presiden Irak Saddam Hussein menjual produksi minyak bumiya dalam mata uang Euro (masih mengacu kepada harga minyak dunia dalam mata uang US Dollar, tapi pembayaran dikonversi ke dalam mata uang Euro). Tidak hanya itu, Saddam Hussein kemudian mengkonversi cadangan devisa negaranya sebesar 10 Milyar USD ke dalam mata uang yang sama. Hal tersebut sempat memicu isu global menggunakan mata uang Euro untuk transaksi perdagangan minyak dunia selain mata uang US Dollar.
image001
September 2002, pemerintah Amerika Serikat dan Britania Raya menuduh Irak sedang berusaha membuat senjata pemusnah masal yang mengancam kemanan nasional mereka, koalisi dan sekutu regional.
Dewan Keamanan PBB mengeluarkan Resolusi 1441 yang mewajibkan Irak untuk bekerjasama sepenuhnya dengan inspektur senjata PBB guna membuktikan bahwa Irak tidak berada dalam suatu usaha membuat senjata pemusnah masal. Hans Blix, pemimpin dari tim inspeksi senjata yang dikirim, mengatakan bahwa tidak ditemukan senjata pemusnah masal dan Irak telah bekerja sama dengan aktif.
image002
Maret 2003, Amerika dan sekutu-sekutunya tetap melancarkan Invasi Pendudukan Irak. Akibat pendudukan tersebut, 500.000 anak-anak Irak menjadi korban. Pada sebuah siaran TV CBS, reporter Lesley Stahl mewawancarai Menlu US Madeleine Albright. Berikut petikan wawancaranya:
Lesley Stahl: We have heard half a million children died. I mean that’s more children that died in Hiroshima. And you know, is the price worth it?
(Lesley Stahl: Kami telah mendengar bahwa setengah juta anak-anak mati dalam Perang Irak. Maksud saya, jumlah tersebut lebih banyak dari jumlah anak-anak yang mati di Hiroshima. Apakah harga itu pantas?)
Madeleine Albright: I think it’s very hard choice. The price, we think the price is worth it.
(Madeleine Albright: Saya pikir itu adalah pilihan yang sangat sulit. Kami pikir harga tersebut pantas)
Tuduhan resmi bahwa Saddam Hussein memiliki senjata pemusnah massal dan terlibat dengan teroris Al-Qaeda telah terbukti salah. Amerika dan sekutunya kemudian mempropagandakan motif lain seperti tuduhan melanggar Resolusi PBB, kebijakan yang menindas rakyat Irak, dan percobaan pembunuhan terhadap George H. W. Bush.
Setelah keruntuhan rejim Saddam Hussein, pada tanggal 10 Juni 2003, transaksi perdagangan minyak Irak kembali dinyatakan dalam mata uang US Dollar.
Referensi:
http://en.wikipedia.org/wiki/Saddam_Hussein http://en.wikipedia.org/wiki/2003_invasion_of_Iraq http://en.wikipedia.org/wiki/Iraq_and_weapons_of_mass_destruction
Korban ZINA Kedua: LIBYA
Entah berapa banyak julukan dan sebutan yang ditujukan untuk menyatakan kebencian Barat terhadap Muammar Qaddafi. Mulai dari sebutan “ Diktator kejam dari orang-orang tertindas” atau sebagai “Musuh dunia/masyarakat nomor satu” hingga julukan “Anjing gila dari Timur Tengah”. Demikian burukkah sosok seorang Muammar Qaddafi? Ataukah itu hanya propaganda saja dari Barat untuk meraih tujuan tertentu?.

Selama 41 tahun (dari tahun 1969 hingga 2011) kepemimpinan Muammar Qaddafi, Libya telah mencapai kemajuan yang mengesankan. Pada tahun 2010, standar kualitas hidup dan daya beli masyarakat Libya merupakan salah satu yang tertinggi di Afrika. Berdasarkan data IMF, GDP per kapita Libya tahun 2010 adalah 12.062 US Dollar. Empat kali lebih besar dari Mesir, bahkan lebih besar dari pada Rusia. Sebagai perbandingan, GDP per kapita Indonesia pada tahun 2010 adalah sebesar 2.963 US Dollar. Padahal pada tahun 1951, Libya dinyatakan sebagai salah satu negara termiskin di dunia.
No. Negara IMF – 2010
GDP per capita (nominal) GDP per capita (PPP)
US Dollar International Dollar
1. Indonesia 2.963 4380
2. Mesir 2.771 6367
3. Libya 12.062 14.878
4. Rusia 10.521 15.806
Sumber: www.imf.org
Berikut adalah beberapa pencapaian kemajuan pembangunan Libya pada kepemimpinan Muammar Qaddafi, dimana media Barat tidak rela untuk mempublikasikannya dengan alasan tertentu.
  1. Rumah adalah hak asasi manusia
Pemerintah Libya memandang bahwa rumah adalah kebutuhan dasar/pokok warga negaranya baik sebagai individu maupun sebagai keluarga, sehingga negara membantu setiap warga negaranya agar memiliki tempat tinggal yang layak. Dan itu diberikan kepada warga negaranya dengan gratis.
  1. Fasilitas kesehatan gratis
Setiap warga negara Libya berhak memperoleh pemeriksaan dan perawatan kesehatan berikut dengan obat-obatan yang dibutuhkan dengan gratis. Negara pun memberikan dan melengkapi setiap keluarga dengan P3K. Jika pemerintah Libya tidak bisa memberikan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan, misal karena penyakit serius yang tidak bisa ditangani di dalam negeri, maka warga negara dapat memperolehnya di luar negeri dengan biaya seluruhnya ditanggung pemerintah. Sistem pelayanan kesehatan di Libya adalah salah satu yang terbaik di dunia.
  1. Pendidikan gratis
Setiap warga negara Libya berhak memperoleh pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi dengan gratis. Jika pemerintah Libya tidak dapat memberikan pendidikan yang diinginkan warga negaranya, misal untuk pendidikan tahap lanjut meraih gelar magister atau doktoral, maka warga negara Libya dapat memperolehnya di luar negeri dengan biaya seluruhnya ditanggung pemerintah. Tapi setelah selesai pendidikannya, warga negara tersebut harus kembali ke Libya dan bekerja di institusi pemerintah.
  1. Listrik sangat murah
Karena harga listrik yang begitu murah, sebagian menyebutkan bahwa listrik untuk kebutuhan rumah tangga di Libya bisa diperoleh dengan gratis.
  1. Harga BBM sangat murah
Harga BBM di bawah Rp. 1.680,- per liter (Kurs US Dollar = Rp.12.000,-).
  1. Memulai bisnis pertanian gratis
Warga negara yang ingin memulai bisnis pertanian, maka pemerintah akan memberikan rumah, lahan, ternak dan benih dengan gratis.
  1. Proyek irigasi terbesar di dunia
Proyek ini dilakukan meliputi seluruh wilayah Libya agar setiap warga negara mendapat akses terhadap air bersih.
  1. Libya tidak memiliki utang luar negeri
  2. Pinjaman tanpa bunga
Bank milik pemerintah memberikan pinjaman kepada warga negaranya tanpa bunga.
  1. Bank Sentral Libya 100% milik negara
Libya adalah satu-satunya negara di dunia yang mencetak mata uangnya sendiri yaitu Dinar Libya. Menjadi masalah besar bagi kartel perbankan global karena mereka harus melakukan transaksi perdagangan melalui Bank Sentral Libya terkait dengan mata uang nasional Libya, dimana disana mereka tidak memiliki kekuatan dominasi sama sekali.
image003
Peraih Nobel Perdamaian Nelson Mandela menyambut seorang sahabat lama dan sekutunya, Muammar Qaddafi, yang selalu mendukung ANC selama perjuangannya melawan Politik Apartheid. Reuters melaporkan bahwa Presiden Obama secara diam-diam memerintahkan dukungan terhadap teroris Al-Qaeda dalam rangka menggulingkan Qaddafi.
Tidak hanya mencapai kemajuan pembangunan Libya yang mengesankan, Muammar Qaddafi pun memiliki cita-cita besar yaitu agar negara-negara Afrika memiliki mata uang tunggal Uni-Afrika yaitu Dinar Emas. Visi tersebut dituangkan agar negara-negara di Afrika terbebas dari belenggu utang dan kemiskinan. Jika mata uang tunggal Uni-Afrika tersebut digunakan dalam pembayaran untuk seluruh transaksi perdagangan komoditi dunia di Afrika, maka negara-negara Afrika memiliki kekuatan untuk membebaskan diri dari ekploitasi Barat, membebaskan diri dari penindasan mata uang US Dollar (dan mata uang Franc-Perancis).
Upaya untuk menggalang kesepahaman dalam merealisasikan visi tersebut, sudah dilakukan Qaddafi dengan mengadakan konferensi antar negara-negara Afrika tahun 2000 dan 2005. Setiap orang tertarik dan sebagian besar negara di Afrika sangat antusias.
Konferensi negara-negara Afrika pada tahun 2000, dikenal dengan nama Lome Summit, menghasilkan Undang-Undang Konstitutif Uni Afrika yang ditandatangani oleh 27 (dua puluh tujuh) negara Afrika. Implementasi Constitutive Act tersebut adalah dengan dibentuknya beberapa perangkat institusi, antara lain:
  1. Parlemen Pan-Afrika
  2. Pengadilan Pan-Afrika
  3. Bank Investasi Afrika
  4. Dana Moneter Afrika
  5. Bank Central Afrika
Pada tahun 2005 di Addis Ababa – Ethiophia, kemudian dilanjutkan tahun 2006 di Yaounde – Kamerun, diselenggarakan pertemuan untuk mengimplementasikan 3 (tiga) institusi keuangan Uni-Afrika dengan ditetapkannya:
  1. Bank Investasi Afrika (African Investment Bank), di Syrte – Libya
  2. Dana Moneter Afrika (African Monetary Fund), di Yaounde – Kamerun
  3. Bank Sentral Afrika (African Central Bank), di Abuja-Nigeria
Sebagai kontribusi Libya untuk Uni-Afrika, Qaddafi telah mengalokasikan dana sebesar 30 Milyar US Dollar atas Bank Sentral Libya untuk dialihkan terhadap Bank Sentral Afrika sebagai tahap akhir untuk beroperasinya tiga institusi tersebut, yaitu dengan mulai dicetaknya mata uang Uni-Afrika yang akan menjadi era baru bagi Afrika. Tapi kondisi tersebut akan berbanding terbalik dengan Barat. Dicetaknya mata uang Uni-Afrika merupakan lonceng kematian bagi mata uang US Dollar dan Franc-Perancis, yang akan mengubah keseimbangan ekonomi dunia dan mengancam hegemoni US Dollar sebagai mata uang dunia dan dan dominasi mata uang Franc-Perancis di Afrika.
Obama bergerak cepat dengan membekukan aset Bank Sentral Libya sebesar 30 Milyar US Dollar tersebut dengan alasan sepihak yaitu terkait dengan keadaan darurat nasional. Pers di Amerika memberitakan pembekuan aset milik Kolonel Qaddafi, anak-anaknya, keluarganya, dan anggota senior pemerintah Libya. Lebih lanjut Obama secara eksplisit menargetkan pembekuan untuk seluruh aset berupa properti dan kepentingan dari pemerintah Libya, badan-badannya, sarana, dan entitas yang dikendalikan, dan tentu saja Bank Sentral Libya.
Seketika harapan dan era baru bagi Afrika TERKUBUR oleh kesewenangan Barat.
image004
Peristiwa yang terjadi selanjutnya adalah:
  • Februari 2011, terjadinya destabilisasi politik di Libya. Pemerintah Libya dapat meredam aksi pemberontak tersebut.
  • Maret – Agustus 2001, NATO melakukan intervensi dengan memimpin pihak pemberontak dalam rangka menggulingkan kepemimpinan Qaddafi di Libya.
  • September – Oktober 2011, Muammar Qaddafi tertangkap dan mati, setelah sebelumnya mengalami penyiksaan secara sadis dan brutal oleh pihak pemberontak.
image005
Intervensi Barat atas Libya telah menyinggung negara-negara di Afrika. Pada Bulan Maret 2011, Menteri Luar Negeri Nigeria Odein Ajumogobia menyatakan:
“Kontradiksi antara prinsip dan kepentingan nasional… telah memungkinkan masyarakat internasional untuk memberlakukan zona larangan terbang atas Libya seolah-olah untuk melindungi warga sipil tak berdosa dari pembantaian… kecuali untuk menyaksikannya tanpa harapan… seperti kaum laki-laki, wanita dan anak-anak dibantai dengan cara yang sama, bahkan lebih sadis dan mengerikan”
Liga Arab, yang pada Bulan Maret 2011 meminta Dewan Keamanan PBB untuk memberlakukan zona larangan terbang di atas Libya untuk melindungi warga sipil, mengutuk hilangnya nyawa dalam insiden pengeboman.
“Liga Arab menyetujui gagasan menetapkan zona larangan terbang atas Libya itu untuk melindungi warga sipil. Tetapi ketika warga sipil terbunuh, ini harus dikutuk dengan pernyataan paling keras,” kata Wakil Sekretaris Jenderal Liga Arab Ahmed Ben Helli.
Kemudian apa reaksi dunia setelah tergulingnya kepemimpinan Muammar Qaddafi atas Libya dan berakhir dengan kematiannya?
Presiden Amerika Barrack Obama menyatakan bahwa kematian Muammar Qaddafi berarti bahwa bayangan tirani atas Libya telah terangkat. Sedangan Perdana Menteri Inggris David Cameron menyatakan merasa bangga dengan peran pemerintahnya dalam menggulingkan “diktator yang brutal”.
Bertolak belakang dengan Barat, Mantan Presiden Kuba Fidel Castro dalam penentangannya terhadap pihak pemberontak, menyatakan bahwa Muammar Qaddafi akan masuk dalam sejarah sebagai salah satu tokoh besar dari Bangsa Arab. Presiden Venezuela Hugo Chavez menyatakan bahwa Muammar Qaddafi adalah seorang pejuang besar, revolusioner, dan seorang martir. Dan Mantan Presiden Afrika Selatan Nelson Mandelo menyatakan kesedihannya yang mendalam atas berita meninggalnya Muammar Qaddafi, memuji karena sikapnya yang Anti-Apartheid, yang selalu mendukung ANC selama saat-saat paling gelap dalam perjuangannya melawan Politik Apartheid.
Seluruh masyarakat Libya dan Afrika berkabung dan menangisi kematian Muammar Qaddafi, menyatakannya sebagai seorang pahlawan dari Afrika Sub-Sahara, sementara media Barat mengabaikannya.
Referensi: http://en.wikipedia.org/wiki/Muammar_Gaddafi http://en.wikipedia.org/wiki/Economy_of_Libya http://en.wikipedia.org/wiki/African_Investment_Bank http://en.wikipedia.org/wiki/Tunisian_Revolution http://en.wikipedia.org/wiki/Egyptian_Revolution_of_2011 http://www.conservapedia.com/Libyan_War
Sasaran ZINA Ketiga: IRAN
Berita yang sering kita saksikan di berbagai media menyangkut negara Iran adalah ketegangan antara Amerika-Israel dengan Iran terkait dengan Program Nuklir Iran. Situasi kian memanas dengan rencana Amerika dan Israel untuk menggunakan aksi militer, seiring dengan diberlakukannya berbagai sanksi ekonomi terhadap Iran. Benarkah ketegangan antara Amerika-Israel dengan Iran tersebut semata-mata karena Program Nuklir Iran? Apa sebenarnya alasan yang melatarbelakangi ketegangan tersebut?.

Sejak tahun 2000, Presiden Iran Mohammad Khatami sudah menggulirkan wacana mengenai perdagangan minyak buminya dalam mata uang Euro, mengikuti langkah yang sebelumnya dilakukan oleh Presiden Irak saat itu Saddam Hussein. Hingga tahun 2003, akhirnya wacana tersebut direalisasikan Iran dengan melakukan transaksi perdagangan minyaknya, pembayaran dalam mata uang Euro. Transaksi perdagangan tersebut diterapkan masih terbatas terhadap Eropa dan Asia, dan harga minyak buminya masih mengacu dalam mata uang US Dollar.
image006
Pada Bulan Juni 2004, Iran mengumumkan rencananya untuk mendirikan Bursa Minyak Iran (Iranian Oil Bourse/IOB) yang akan direalisasikan Iran pada bulan Maret 2005. Berita yang mengguncang pasar komoditi dunia di New York dan London dimana kartel minyak dunia berada yaitu New York Merchantile Exchange (NYMEX) dan London’s International Petroleum Exchange (IPE). Perlu dicatat bahwa NYMEX dan IPE keduanya dimiliki oleh korporasi Amerika.
Perdagangan minyak bumi Iran dalam mata uang Euro, menyebabkan beberapa negara pembeli minyak terbesar seperti China dan Rusia, selama periode tahun 2003-2004, meningkatkan cadangan mata uang Euro di Bank Sentralnya masing-masing, membuat nilai tukar Euro terhadap US Dollar menguat signifikan, menjadikan Euro sebagai mata uang dunia kedua setelah US Dollar.
Hingga kemudian sebuah infromasi rahasia tingkat tinggi bocor dan diketahui oleh Iran yaitu mengenai rencana Amerika menginvasi Iran pada Natal 2005, sebagai respon Amerika terhadap Iran yang telah mengusik supremasi US Dollar di pasar minyak internasional.
Sepanjang tahun 2004, ternyata Presiden Bush secara diam-diam tapi secara aktif merancang perang minyak jilid dua, yaitu terhadap Iran. Dan jauh di Pentagon, para laksamana dan jendral terus memperbarui rencana Amerika untuk aksi militer terhadap Iran dan Suriah. Seorang pejabat pemerintah Amerika menyebutkan bahwa unit Departemen Pertahanan yang bertanggung jawab terhadap perencanaan militer, menjadi lebih sibuk dari sebelumnya.
Seorang pengamat politik internasional dari India menyatakan penilaiannya bahwa:
“Intervensi Amerika terhadap Iran hanya akan menghasilkan bencana bagi Amerika, menyebabkan hal-hal mengenai terorisme internasional akan semakin buruk, tidak memberikan dampak potensi ekonomi yang lebih baik.
Kekuatan militer Amerika pun sedang terfokus di Afghanistan dan Irak. Bahkan Amerika sudah membatasi kekuatan militernya di Afghanistan. Kekuatan militer Amerika banyak tersedot di Irak karena negara-negara NATO lainnya memiliki pendirian yang berseberangan dengan Amerika terkait konflik tersebut, hingga menolak mengirimkan pasukannya. Tidak ada yang menolong Amerika di Irak selain sekutu terdekatnya seperti Inggris, Australia, Italia dan Jepang. Jika Amerika melakukan intervensi lagi di Iran, maka bisa dipastikan bahwa Amerika akan menemui kegagalan. Di Irak saja sudah membuktikan bahwa Amerika telah gagal membuat tata kehidupan masyarakat sipil Irak menjadi lebih baik.
Sangat terang sekali bahwa situasi Iran lebih kompleks, karena kekuasaan berada di ulama. Dan Iran belum sepenuhnya transparan mengenai program nuklirnya. Cara yang masuk akal adalah mengambil langkah moderat. Perubahan rezim hanya akan memperburuk situasi dalam hal apapun.”
Ada banyak risiko terkait langkah Amerika dengan menggunakan aksi militer terhadap Iran. Pertama, tidak seperti Irak, Iran memiliki kemampuan militer yang kuat. Kedua, Iran telah memasang rudal anti-kapal canggih di Pulau Abu Musa, dan karena itu Iran dapat mengontrol wilayah kritis Selat Hormuz.
Jika Amerika menutup Selat Hormuz, di mana semua kapal tanker minyak dari Teluk Persia melaluinya, maka akan memicu kepanikan pasar dan harga minyak dunia akan meroket tajam. Produksi minyak dunia saat itu sedang ketat, dan gangguan besar akan meningkatkan harga minyak ke tingkat yang akan memicu depresi global. Apakah Amerika bersedia mengambil risiko tersebut?
Dan Amerika tidak mungkin melaksanakan aksi militer atas Iran dengan propaganda senjata pemusnah masal, karena dunia telah melihat bahwa alasan tersebut atas Irak adalah kebohongan.
Monterey Institute of International Studies memberikan analisis yang ekstensif dari kemungkinan dan konsekuensi preemptive strike terhadap fasilitas nuklir Iran, sebagai berikut:
“Hampir pasti bahwa serangan Israel atau Amerika terhadap fasilitas Nuklir Iran akan mengakibatkan pembalasan langsung terhadap Israel dan pangkalan militer Amerika di Teluk, diikuti dengan upaya yang sangat serius mendestabilisasi Irak dan memicu habis-habisan konfrontasi antara mayoritas Syi’ah terhadap Amerika. Iran juga bisa memilih untuk mengacaukan Arab Saudi dan negara Teluk lainnya dengan populasi Syi’ah yang signifikan, dan mendorong Hizbullah-Lebanon untuk meluncurkan serangkaian serangan roket di Israel Utara.
Dan yang paling penting, tidak adanya bukti bahwa Program Nuklir Iran adalah ilegal.”
Peristiwa yang terjadi selanjutnya adalah:
  • Mei 2006, Iran mendirikan Bursa Minyak Iran (IOB/Iran Oil Bourse), yang tidak hanya menjual minyaknya dalam Euro, tetapi Iran telah mendirikan sebuah bursa minyak sesungguhnya. Sebuah pusat perdagangan global, yang terbuka bagi semua negara untuk menjual dan membeli minyak. Tetapi IOB belum bisa beroperasi sepenuhnya dikarenakan tekanan-tekanan dari mafia minyak internasional dan pihak lainnya.
  • 31 Juli 2006, Dewan Keamanan PBB dalam Resolusi 1696, meminta Iran untuk menunda aktivitas pengayaan Uraniumnya.
  • 23 Desember 2006, Dewan Keamanan PBB dalam Resolusi 1737, memberlakukan sanksi terhadap Iran karena menolak untuk menunda aktivitas pengayaan Uraniumnya, Iran diminta untuk bekerjasama dengan IAEA.
  • 24 Maret 2007, Dewan Keamanan PBB dalam Resolusi 1747, memperluas cakupan sanksi meliputi entitas-entitas Iran.
image007
  • 17 Februari 2008, mulai beroperasinya IOB, Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad mulai menjual produksi minyak mentahnya dalam mata uang Euro.
  • 3 Maret 2008, Dewan Keamanan PBB dalam Resolusi 1803, memperluas sanksi terhadap entitas-entitas Iran dan perorangan
  • 27 September 2008, Dewan Keamanan PBB dalam Resolusi 1835, menegaskan kembali empat sanksi sebelumnya atas Iran
  • 9 Juni 2010, Dewan Keamanan PBB dalam Resolusi 1929, memberlakukan embargo senjata terhadap Iran, melarang Iran dari setiap kegiatan yang berkaitan dengan rudal balistik, diberlakukan pemeriksaan dan penyitaan pengiriman barang yang melanggar pembatasan ini, dan memperpanjang pembekuan aset terhadap Korps Pengawal Revolusi Iran (IRGC) dan armada-armada pengiriman barang Republik Islam Iran (IRISL), ditetapkannya Panel Staf Ahli.
Berikut adalah respon dari pemerintah Iran terkait dengan sanksi-sanksi yang diberlakukan atas Iran.
“Kami tidak takut sanksi. Pemerintah telah menangani urusan mengenai sanksi. Sanksi adalah penindasan dan agresi terhadap hak-hak bangsa Iran. Adalah tugas kita untuk menempatkan agresor di tempat mereka.”
image008
image009Hingga pada 24 November 2013, dengan ditandatanganinya Perjanjian Interim Genewa antara negara P5+1 (Amerika, Jerman, Perancis, Inggris, China, Rusia dan Uni Eropa) dan Iran, menjadi pijakan awal untuk mengakhiri konflik terkait Program Nuklir Iran. Dimana dalam perjanjian itu Iran harus mematuhi syarat-syarat yang ditentukan terkait program nuklirnya. Dan sebagai gantinya, Iran akan mendapatkan bantuan sebesar 7 Milyar US Dollar.
Sekjen PBB Ban Ki-moon memuji perjanjian interim tersebut sebagai awal dari kesepakatan bersejarah. Dan Hizbullah mempublikasikannya sebagai kemenangan Iran.
Tapi ternyata perang minyak jilid dua yang mengatasnamakan Program Nuklir Iran itu terus berlanjut, menyeret negara-negara lain yang terikat/terhubung baik secara langsung maupun tidak langsung, menyebabkan eskalasi politik dunia saat ini kian berbahaya dan mengkhawatirkan. Amerika ternyata tidak memiliki itikad baik untuk menghormati perjanjian tersebut.
Referensi: http://en.wikipedia.org/wiki/Nuclear_program_of_Iran#Overview http://en.wikipedia.org/wiki/Iranian_Oil_Bourse http://en.wikipedia.org/wiki/New_York_Mercantile_Exchange http://en.wikipedia.org/wiki/Petrodollar http://en.wikipedia.org/wiki/World_oil_market_chronology_from_2003 http://en.wikipedia.org/wiki/Geneva_interim_agreement_on_the_Iranian_nuclear_program http://iranprimer.usip.org
Perangkat ZINA: SISTEM KEUANGAN DUNIA
Setelah dapat disimpulkan bahwa Perang Dunia II akan dimenangkan oleh Sekutu, pada tanggal 1-22 Juli 1944 saat Perang Dunia II masih berkecamuk, diadakanlah Konferensi Bretton Woods yang dihadiri oleh Amerika dan sekutunya untuk mengatur Sistem Keuangan Dunia pasca perang, dengan ditandatanganinya perjanjian dengan nama Bretton Woods Agreement.

Atas dasar perjanjian tersebut didirikanlah organisasi untuk mengatur Sistem Keuangan Dunia yaitu IMF (International Monetary Fund) dan IBRD (International Bank for Reconstruction and Development) yang saat ini merupakan bagian dari Bank Dunia (World Bank), mulai beroperasi tahun 1945 dan menetapkan mata uang US sebagai mata uang dunia, sehingga perdagangan komoditi dunia dinyatakan dalam mata uang tersebut.
Ditetapkan bahwa nilai tukar mata uang US Dollar adalah tetap (flat currency) dengan nilai 1 (satu) ounce troy emas sama dengan 35 US Dollar (gold standard). Dan dinyatakan bahwa uang US Dollar dapat ditukarkan kembali ke dalam emas (convertibility). Amerika berjanji untuk TIDAK mencetak mata uang US Dollar tanpa backup emas.
image010
Atas dasar perjanjian tersebut maka setiap negara mulai menyetorkan emasnya kepada Amerika untuk ditukar dengan mata uang US Dollar. Hal tersebut dilakukan setiap negara untuk mengakomodasi transaksi perdagangan dunia. Artinya mulai saat itu pula setiap negara menggunakan mata uang US Dollar sebagai cadangan devisa negaranya.
Menjelang tahun 1970, ketika terjadi Perang Vietnam (1955-1975), seluruh dunia secara jelas melihat bahwa Amerika telah membiayai pengeluaran untuk perang tersebut dengan mencetak mata uang US Dollar tanpa backup emas yang mereka miliki. Sehingga jumlah mata uang US Dollar yang beredar jauh lebih banyak dari pada stok backup emasnya. Begitu pula dengan Federal Reserve yang selalu menolak setiap peninjauan dan audit terhadap pencetakan mata uang tersebut.
Menanggapi situasi tersebut, setiap negara meresponnya dengan menyetorkan kembali mata uang US Dollar yang mereka miliki kepada Amerika untuk ditukar kembali dengan backup emasnya. Puncaknya pada tahun 1971 Prancis menukarkan 1,5 Milyar US Dollar dan meminta kembali emas yang pernah diserahkan kepada Amerika dengan jumlah 1500 ton, menyulut negara-negara lain melakukan hal yang sama sehingga menyebabkan nilai tukar mata uang US Dollar terhadap seluruh komoditi dunia pada saat itu melemah drastis.
Pada tanggal 15 Agustus 1971, dimana kondisi ekonomi Amerika pada saat itu sedang menuju kondisi bencana, Presiden Amerika Nixon mengeluarkan kebijakan bahwa Amerika menolak setiap penukaran kembali US Dollar ke dalam emas. Peristiwa ini kemudian dikenal dengan istilah “Nixon Shock”. Berikut pernyataannya:
Nixon: I have directed the Secretary of the Treasury to take the action necessary to defend the dollar against the speculators. I have directed Secretary Connally to suspend temporarily the convertibility of the dollar into gold, or other reserve assets, except in amounts and conditions determined to be in the interests of monetary stability and in the best interest of the united states.
(Nixon: Saya telah memerintahkan Menteri Keuangan untuk mengambil langkah yang diperlukan untuk mempertahankan US Dollar terhadap para spekulan. Saya telah memerintahkan Menteri Connally untuk menangguhkan sementara penukaran US Dollar ke dalam emas, atau asset keuangan lainnya, kecuali dalam jumlah dan kondisi yang ditetapkan untuk kepentingan stabilitas moneter dan kepentingan terbaik bagi Amerika).
Pernyataan “temporarily suspension” (penangguhan sementara untuk penukaran mata uang US Dollar ke dalam emas) Nixon saat itu ternyata bermakna “permanent suspension” (penangguhan permanen bahkan hingga saat ini). Perancis adalah satu-satunya negara yang berhasil menukarkan kembali uang US Dollar ke dalam emas.
image011
Pada Tahun 1973, untuk menopang nilai tukar mata uang US Dollar yang mengalami devaluasi besar-besaran setelah diberlakukannya kebijakan untuk menunda convertibility US Dollar ke dalam emas, Presiden Amerika Nixon meminta Raja Arab Saudi Raja Faisal untuk melakukan transaksi perdagangan minyaknya hanya dalam mata uang US Dollar. Sebagai imbal balik, Amerika akan menyuplai senjata dan menjamin keamanan ladang minyaknya (pernyataan tersebut dapat dimaknai bahwa Amerika menjamin legitimasi kekuasaan keluarga Saud dari setiap rongrongan terhadap kekuasaannya). Hal yang sama pun ditawarkan Amerika kepada negara-negara utama penghasil minyak lainnya. Hingga pada tahun 1975, setiap negara anggota OPEC menyetujui untuk menjual minyak buminya hanya dalam mata uang US Dollar, tidak lagi dalam emas.
Dapat dibayangkan bahwa negara-anggota OPEC yang dituntut untuk memproduksi minyak bumi dengan jumlah produksi sesuai kuota, kemudian mengirim barang yang nyata secara fisik tersebut, untuk kemudian cuma dibayar dengan kertas yang tidak memiliki nilai nyata sedikitpun (dari sinilah kemudian muncul istilah Petrodollar), menjadikan Amerika sebagai negara super-super kaya.
Tapi kondisi tersebut hanyalah semu, karena kemakmuran yang dinikmati Amerika bukan dari hasil kerja keras untuk menghasilkan suatu produk yang nyata secara fisik maupun nilainya, karena sejatinya uang US Dollar yang dicetaknya tersebut bersifat utang,
Dan konteks utang itu akan mulai berdampak ketika negara-negara di dunia tidak mau lagi menggunakan mata uang tersebut dalam setiap transaksi perdagangannya. Dalam bahasa ekonomi adalah ketika negara-negara di dunia sudah tidak mau lagi menanggung beban inflasi dari mata uang US Dollar tersebut. Atau dalam bahasa umum adalah ketika negara-negara di dunia menginginkan kesetaraan dan keadilan.
Dampaknya akan bersifat global, menjadikan mata uang US Dolar tidak berharga sedikitpun. Menyebabkan krisis ekonomi yang hebat bagi Amerika dan berdampak serius terhadap negara-negara sekutunya terutama Inggris.
image012
Tentunya Amerika tidak menginginkan hal itu terjadi. Sehingga tidak ada jalan lain bagi Amerika kecuali mendisiplinkan sekutunya dan tidak segan-segan menurunkan tangan besi kepada negara-negara yang membangkang atau menolak menggunakan US Dollar sebagai mata uang dunia terutama dalam transaksi perdagangan minyak dunia, dengan cara apapun, hingga negara tersebut kembali menggunakan mata uang US Dollar sebagai mata uang dalam transaksi perdagangannya.
Referensi: http://en.wikipedia.org/wiki/United_States_Dollar http://en.wikipedia.org/wiki/Federal_Reserve_System http://en.wikipedia.org/wiki/Bretton_Woods_Conference http://en.wikipedia.org/wiki/Bretton_Woods_System http://en.wikipedia.org/wiki/Vietnam_War https://history.state.gov/milestones/1969-1976/nixon-shock
Resistensi ZINA: BRICS
BRICS adalah singkatan dari asosiasi lima negara yaitu Brazil, Rusia, India, Cina dan Afrika Selatan. Sebelum masuknya Afrika Selatan pada tahun 2011, asosiasi ini dikenal dengan nama BRIC. BRICS adalah asosiasi dari negara-negara berkembang atau negara industri baru. Mereka dibedakan sebagai negara luas, negara dengan pertumbuhan ekonomi cepat, dan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap urusan regional dan global. Dan kelimanya adalah anggota G-20.

Tahun 2014, lima negara BRICS mewakili hampir 3 Miliar penduduk atau 40% dari populasi dunia, dengan GDP (Gross Domestic Bruto) gabungan sebesar 16.04 Triliun US Dollar atau 20% GDP dunia dan gabungan cadangan devisanya diperkirakan 4 triliun US Dollar. Negara-negara BRICS mewakili 18% ekonomi dunia. Brasil memegang kursi ketua dari kelompok BRICS, setelah menjadi tuan rumah KTT ke-6 tahun 2014.
Indonesia and Turki disebutkan sebagai calon anggota penuh BRICS. Sementara Argentina, Mesir, Iran, Nigeria, Suriah dan terakhir Bangladesh menyatakan tertarik untuk bergabung dengan BRICS.
image013
Para menteri luar negeri dari empat negara BRIC (Brazil, Rusia, India, dan China) bertemu di New York City pada bulan September 2006, dengan memulai serangkaian pertemuan tingkat tinggi. Pertemuan diplomatik skala penuh diselenggarakan di Yekaterinburg – Rusia, pada tanggal 16 Mei 2008.
KTT Pertama BRIC digelar di Yekaterinburg – Rusia pada tanggal 16 Juni 2009. Pertemuan tersebut membahas mengenai cara meningkatkan ekonomi global, mereformasi lembaga keuangan dan mendiskusikan bagaimana empat negara tersebut bisa bekerja sama lebih baik di masa depan. Dalam diskusi lebih lanjut dinyatakan bahwa negara-negara anggota BRIC agar lebih terlibat dan berperan dalam urusan global.
Kelanjutan dari KTT Yekaterinburg, negara-negara BRIC mengumumkan perlunya mata uang global baru yang “variatif, stabil dan dapat diprediksi”. Meskipun pernyataan yang dirilis tersebut tidak langsung mengkritisi dominasi mata uang US Dollar, sesuatu yang biasanya dilakukan Rusia di masa lalu, tapi pernyataan tersebut memicu penurunan nilai US Dollar terhadap mata uang utama lainnya.
Pada akhir Maret 2013, selama KTT BRICS ke-5 di Durban – Afrika Selatan, negara-negara anggota BRICS sepakat untuk membuat lembaga keuangan global, menyaingi dominasi Barat, yaitu IMF dan World Bank. Setelah konferensi tersebut, BRICS menyatakan rencananya untuk mendirikan BRICS Development Bank pada tahun 2014.
Pada bulan Juli 2014, Gubernur Bank Sentral Rusia, Elvira Nabiullina, mengklaim bahwa “Pembentukan sistem penukaran multilateral antar mitra BRICS, akan memungkinkan untuk mentransfer sumber daya antar negara, jika diperlukan“. Dalam sebuah artikel disimpulkan bahwa “Jika kecenderungan ini terus berlanjut, maka segera mata uang US Dollar akan ditinggalkan oleh sebagian besar ekonomi global yang signifikan dan US Dollar akan ditendang keluar dari sistem keuangan perdagangan dunia”.
image014
Pada tanggal 15 Juli 2014, pada KTT BRICS ke-6 di Fortaleza – Brazil, kelompok negara-negara berkembang menandatangani kesepakatan yang telah dinantikan yaitu pendirian BRICS Development Bank senilai 100 Milyar US Dollar, dengan dana cadangan terpisah senilai lebih dari 100 Milyar US Dollar. Dokumen kerja sama antar lembaga kredit ekspor BRICS juga ditandatangani. BRICS Development Bank selanjutnya disebut New Development Bank, dan akan mulai beroperasi pada tahun 2016.
Referensi: http://en.wikipedia.org/wiki/BRICS http://en.wikipedia.org/wiki/MINT_(economics) http://www.tradingeconomics.com/country-list/government-debt-to-gdp
Kesimpulan: CUI BONO? image015Menelusuri satu-persatu latar belakang dari Invasi Pendudukan Irak, Konflik Libya dan Konflik Nuklir Iran, dan dengan memahami Sistem Keuangan Dunia dan perkembangan BRICS akhir-akhir ini, tentunya akan memberikan gambaran secara menyeluruh terhadap situasi politik dan konflik dunia saat ini. Dan tentunya kita tidak akan sulit untuk memahami krisis yang sedang terjadi di Suriah dan di Ukraina, siapa pihak yang “maling teriak maling”, dan apa kepentingan mereka sebenarnya di sama.
Hingga kemudian seluruhnya bermuara pada pertanyaan berikut ini: Untuk kepentingan kelompok siapakah konflik-konflik tersebut dilakukan? Cui Bono? Siapa yang untung?
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, sebelumnya kita harus menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut ini:
  • Siapakah yang mengontrol sistem keuangan dunia?
  • Siapakah yang menguasai perdagangan minyak dunia?
  • Siapakah yang mendominasi perdagangan senjata dunia?
  • Siapakah yang mendikte media informasi dunia?
Kita tidak akan sulit untuk menemukan jawaban dan menyimpulkan siapa kelompok yang mengontrol sistem keuangan dunia, menguasai perdagangan minyak, perdagangan senjata, dan mengontrol media informasi dunia. Oknum-oknum itulah yang menguasai Kongres Amerika dengan kekuatan lobinya, sehingga dapat mengontrol kebijakan Amerika agar sesuai dengan kepentingan atau agenda kelompok tersebut.
Maka agar tidak tersesat dan terperdaya,
untuk melawan kebohongan dan kedzaliman,
untuk menegakkan kesetaraan dan keadilan,
atas nama kebenaran dan kemanusiaan,
janganlah kau “dekati” ZINA – Zionis Amerika.
image016
Si Mata Satu
Catatan:
Penulis menyebut Amerika sebagai pemerintahannya, bukan terhadap rakyatnya.
Harapan:
Semoga tulisan ini menjadi ilmu yang bermanfaat dan menjadi kebaikan bagi setiap orang.
Referensi: http://en.wikipedia.org/wiki/Saddam_Hussein
http://en.wikipedia.org/wiki/2003_invasion_of_Iraq http://en.wikipedia.org/wiki/Iraq_and_weapons_of_mass_destruction http://en.wikipedia.org/wiki/Muammar_Gaddafi http://en.wikipedia.org/wiki/Economy_of_Libya http://en.wikipedia.org/wiki/African_Investment_Bank http://www.conservapedia.com/Libyan_War http://en.wikipedia.org/wiki/Tunisian_Revolution http://en.wikipedia.org/wiki/Egyptian_Revolution_of_2011 http://en.wikipedia.org/wiki/Nuclear_program_of_Iran#Overview http://en.wikipedia.org/wiki/Iranian_Oil_Bourse http://en.wikipedia.org/wiki/New_York_Mercantile_Exchange http://en.wikipedia.org/wiki/Petrodollar http://en.wikipedia.org/wiki/World_oil_market_chronology_from_2003 http://en.wikipedia.org/wiki/Geneva_interim_agreement_on_the_Iranian_nuclear_program http://iranprimer.usip.org http://en.wikipedia.org/wiki/United_States_dollar http://en.wikipedia.org/wiki/Federal_Reserve_System http://en.wikipedia.org/wiki/Bretton_Woods_Conference http://en.wikipedia.org/wiki/Bretton_Woods_System http://en.wikipedia.org/wiki/Vietnam_War https://history.state.gov/milestones/1969-1976/nixon-shock http://en.wikipedia.org/wiki/BRICS http://en.wikipedia.org/wiki/MINT_(economics) http://www.tradingeconomics.com/country-list/government-debt-to-gdp
Sumber lain:
www.worldbank.org www.imf.org www.johnperkins.org www.cnn.com www.urbantimes.co www.independent.co.uk www.bbc.co.uk www.theguardian.com www.reuters.com www.rt.com www.worldpress.org www.abcnews.go.com www.liputan6.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar