Jumat, 14 November 2014

Hamas peringatkan Israel untuk tidak hambat rekonstruksi Gaza



Hamas peringatkan Israel untuk tidak hambat rekonstruksi Gaza
Bendera Palestina dan Hamas (kanan) berkibar diatas reruntuhan sebuah rumah, menurut saksi hancur dalam serangan Israel selama tujuh minggu, di wilayah timur Kota Gaza, Rabu (3/9). Perang 50 hari di wilayah padat tersebut membuat Gaza luluh lantak. (REUTERS/Suhaib Salem )
Rafah, Palestina (ANTARA News) - Gerakan Hamas Palestina pada Kamis (13/11) memperingatkan bahwa akan terjadi aksi kekerasan baru kecuali Israel mengizinkan rekonstruksi Jalur Gaza yang porakporanda akibat perang.

"Kami mengatakan kepada semua pihak -- jika pengepungan terhadap Gaza dan hambatan untuk rekonstruksi masih ada, akan ada letusan baru," kata Abu Obeida, juru bicara sayap militer Hamas Brigade Ezzedine al-Qassam.



Perang 50 hari antara Israel dan Hamas yang tberakhir 26 Agustus telah menewaskan 2.140 warga Palestina, sebagian besar adalah warga sipil, dan 73 warga Israel, sebagian besar tentara.

Gaza berada dalam blokade ketat Israel sejak tahun 2006, dengan pembatasan ketat pengadaan bahan-bahan bangunan karena khawatir para pejuang dapat menggunakannya untuk membuat senjata atau membangun benteng-benteng.

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menengahi satu kesepakatan yang memungkinkan pengiriman bahan-bahan bangunan ke Gaza dengan menjamin barang-barang itu tidak disalahgunakan oleh para pejuang Hamas.

Pekan lalu, PBB mengumumkan mekanisme rekonstruksi sementara yang akan dilaksanakan di bawah pengawasan pemerintah persatuan Palestina yang baru dibentuk.

"Kami menegaskan musuh bertanggung jawab penuh atas letusan jika rekonstruksi itu tidak dimulai," kata Abu Obeida dalam satu pertemuan di Gaza City, memperingatkan bahwa "perang belum berakhir."

Pejabat Hamas Khalil al-Haya juga berbicara pada rapat yang juga dihadiri oleh puluhan pria bersenjata dan sekitar 1.500 orang, menyerukan dialog baru antara gerakannya dan faksi Fatah Palestina.

Hamas dan Fatah awal tahun ini menandatangani satu perjanjian rekonsiliasi untuk megakhiri permusuhan pahit dan berdarah selama tujuh tahun yang menyebabkan Tepi Barat dan Gaza memiliki pemerintahan terpisah.

Tetapi pemimpin Palestina Mahmoud Abbas, setelah sejumlah ledakan bom di Gaza pekan lalu menyasar  properti partai Fatah yang dipimpinnya, menuduh Hamas berusaha merusak usaha-usaha persatuan.

Haya, yang membantah gerakannya terlibat dengan ledakan-ledakan tersebut, mendesak Abbas tidak menggunakan serangan-serangan itu sebagai "satu alat untuk mengalihkan rekonsiliasi" dan menyeru Fatah "kembali pada satu dialog kemitraan", demikian seperti dilansir kantor berita AFP.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar