(Wikimedia Commons / People's Republic of Poland)
Tepat 70 tahun yang lalu, rakyat Polandia bangkit memberikan perlawanan sengit kepada pasukan Nazi Jerman, yang telah menjajah negeri mereka selama hampir lima tahun. Gerakan itu berupaya merebut kembali ibukota Polandia dari penguasaan Jerman, sehingga dikenal dengan sebutan "Perlawanan Warsawa".
Menurut stasiun berita BBC, pada 1 Agustus 1944 pukul 5 sore waktu setempat, milisi perlawanan Polandia memberikan sinyal kode "Tempest" (badai). Tak lama kemudian terdengar sejumlah ledakan dan tembakan senjata di Warsawa, pertanda dimulainya perlawanan.
Milisi perlawanan merasa tanggal itu merupakan waktu yang tepat untuk melancarkan operasi. Pasalnya, saat itu, pasukan Jerman menunjukkan gelagat bersiap mundur dari Warsawa setelah mengalami kekalahan beruntun dari Uni Soviet. Pasukan Merah memukul mundur Jerman dari negara-negara Baltik, Belorussia, dan bagian barat Polandia.
Setelah mendengar pasukan Soviet mendekati Warsawa, milisi Polandia pimpinan Jenderal Tadeusz "Bor" Komorowski merasa sudah menemukan momentum untuk mengusir Jerman. Maka, dia mengerahkan 40.000 tentara - termasuk 4.000 perempuan. Namun, milisi perlawanan hanya punya 2.500 pucuk senjata dan amunisi yang terbatas.
Sempat terkejut dengan serangan mendadak dari milisi perlawanan Polandia, militer Jerman memulai membalas pada 5 Agustus 1944. Bahkan komandan militer Jerman saat itu memerintahkan "sapu bersih," artinya warga Polandia pun patut dihabisi. Para perempuan Polandia ditangkap dan dijadikan "perisai hidup" di sekeliling tank-tank Jerman.
Perlawanan Warsawa hanya berlangsung selama 63 hari. Didukung peralatan perang yang lebih canggih dan taktik yang kejam, Jerman berhasil mengakhiri perlawanan itu pada 3 Oktober 1944.
Di pihak Polandia, sekitar 15.000 tentara tewas atau hilang, 5.000 terluka, dan 200.000 warga sipil terbunuh. Jerman hanya kehilangan 16.000 nyawa tentaranya dan 9.000 terluka.
© VIVA.co.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar