USS
Mustin (DDG 89), USS Wayne E. Meyer (DDG 108) dan USS Frank Kabel (AS
40) menguji ‘obscurants maritime”, yang digelar di selatan Guam untuk
menilai efektivitas awan serat optik yang digunakan untuk pertahanan
kapal dari rudal musuh.
Perhatikan bagaimana distribusi/penyebaran awan/asap dapat dimanipulasi oleh kapal, dalam kondisi angin yang sama, ketika kedua kapal bergerak ke arah yang sama. (Navy AS foto, Timothy Wilson)
Perhatikan bagaimana distribusi/penyebaran awan/asap dapat dimanipulasi oleh kapal, dalam kondisi angin yang sama, ketika kedua kapal bergerak ke arah yang sama. (Navy AS foto, Timothy Wilson)
Sistem dan taktik penggunaannya diuji dalam berbagai kondisi laut dengan menggunakan aset dari: US Army, Navy dan Air Force, untuk mengevaluasi bagaimana penyerap radar (awan serat karbon) dapat mencegah rudal musuh mndeteksi dan menyerang kapal, yang bisa dimanfaatkan sebagai bagian dari pertahanan berlapis.
‘Naval Warfare Development Command’ telah mengujicoba prototipe generator obscurant maritim pada tanggal 21 hingga 25 Juni 2014 untuk menilai tingkat efektivitasnya dalam pertahanan rudal anti-kapal. Cara kerjanya, perangkat yang ada di kapal menghasilkan partikel serat karbon yang tersimpan di dalam asap. Partikel-partikel ini menyerap dan menyebarkan, gelombang radar yang berasal dari penjejak (seeker) rudal yang datang, sehingga mampu mengaburkan target dari penjejak rudal lawan.
Selama
evaluasi ‘Pandarra Fog’ (istlah untuk operasi ujicoba), sistem dan
taktik diuji di bawah berbagai kondisi laut menggunakan unit Armada
Ketujuh dan aset dari US Army, Navy, dan Air. Force untuk mengevaluasi
bagaimana awan serat karbon mampu menyerap radar dan bisa mencegah rudal
untuk mendeteksi dan mengunci kapal target sebagai bagian dari
pertahanan berlapis. Foto: US Navy, oleh Timothy Wilson.
Komandan Armada Ketujuh AS, Laksamana Madya Robert L. Thomas Jr memulai ujicoba Asap anti rudal kapal ini, dalam operasi “Pandarra Fog”, yang melibatkan sejumlah kapal di Guam. “Kabut Pandarra adalah contoh kerja cepat dari integrasi teknis dan pengembangan taktis Armada kami untuk menguasai perang manuver elektromagnetik dan memastikan akses pasukan gabungan,” kata Thomas.
Percobaan ini menunjukkan ‘maritime obscurant generation’ dapat menjadi kunci dari manuver ofensif armada kami, yang mana dunia kini dipenuhi rudal anti-kapal maupun rudal balistik.
Kinerja dari obscurant secara signifikan akan mengurangi risiko serangan rudal ke kapal permukaan.
Skrining
asap adalah bagian dari pertahanan berlapis-lapis dari kapal permukaan,
yang juga termasuk pertahanan aktif (rudal pertahanan udara), aktif
decoy (jammers dan RF decoys) chaff. Flare (terlihat dalam foto ini)
dapat digunakan untuk pertahanan terakhir, memikat thermal seeker dari
kapal yang di-target oleh rudal.
“Sebuah pertahanan dengan pendekatan mendalam, memiliki banyak keuntungan. Tidak hanya kita tahu asap ini efektif menangkal rudal, tapi juga mengikis tingkat ketidaktentuan dan ketidakpastian menjadi terukur ” lanjut Kapten Adams.
Selain memiliki tingkat efektivitas yang signifikan, sistem ini relatif murah bila dibandingkan dengan penangkal (countermeasures) rudal lainnya dan mudah digunakan kapal kapal lainnya untuk bermanuver. Bahan-bahan yang digunakan ramah lingkungan dan cocok untuk memaksimalkan efektifitas operasional. “Penilaian awal kami menunjukkan pengujian ini sangat sukses dalam hal pekerjaan taktis, kegunaan dan efektivitas biaya,” ujar Kapten Adams. (defense-update.com).
Kapal
patroli Jepang Shiritaka (PG 829) menembakkan layar flare menyerupai
tirai di depan kapal. Flare ini membuat layar obscurant panas yang dapat
menyembunyikan kapal dari rudal pencari panas yang masuk.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar